Dari semua jejaring sosial yang ada di jagat maya, facebook adalah salah satu yang paling fenomenal. Sejak diluncurkan pada Februari 2004, jejaring sosial yang berkantor di Menlo Park California, Amerika Serikat ini hingga saat ini diperkirakan telah memiliki lebih-kurang 3 milyar pengguna setelah 11 tahun berdiri. Luar biasa bukan?
Dari sebanyak 3 milyar pengguna atau lebih dari separoh penduduk bumi, tentu saja tidak semua dari pengguna berniat dan bertujuan baik dengan akun yang dia miliki. Sebagai jejaring sosial yang gratis dan tidak meminta bukti fotocopy identitas pribadi yang sah seperti KTP atau Paspor sebagai syarat untuk membuat akun, maka tidak heran jika terdapat banyak akun ganda, akun palsu dan akun yang tidak aktif lagi karena ditinggalkan begitu saja oleh penggunanya.
Akun palsu adalah akun yang menggunakan data fiktif atau data bohongan atau data bodong, mulai dari nama, photo profil, tanggal lahir, domisili, nama sekolah/perguruan tinggi, pekerjaan, dsb. Akun seperti inilah yang rentan digunakan pengguna untuk menipu, menyebarkan berita hoaks, ujaran kebencian, seks & pornografi, judi, dan violence & gore.Â
Belum lagi masalah rumah tangga yang hancur akibat CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali). Dan sejumlah kasus pemerkosaan terhadap anak di bawah umur akibat perkenalan lewat jejaring sosial ini. Disamping itu pengguna yang sering lupa waktu, khususnya ibu-ibu yang menelantarkan anak dan suaminya akibat terlalu asyik main facebook, sudah tidak menjadi rahasia  umum lagi.
Peretasan akun facebook juga tidak jarang terjadi. Mulai dari membobol akun tertentu lalu memasukkan postingan berupa tulisan-tulisan, gambar dan audio-video tak senonoh hingga pengambilalihan akun orang lain untuk selamanya, bukanlah hal yang asing lagi.
Itulah beberapa kasus yang sering menjadi sisi negatif dari facebook sehingga jejaring sosial ini dianggap lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Dan banyak orang berpendapat lebih baik facebook ditutup saja.
Tetapi menurut saya, terlepas dari semua contoh kasus kejahatan di atas, sisi positif dari jejaring sosial facebook masih tetap lebih banyak. Seperti kita ketahui bersama, jagat maya sama seperti pisau dapur yang sangat baik bila digunakan untuk mengiris daging, memotong ikan, sayuran, bawang dan bumbu dapur lainnya. Tetapi akan sangat berbahaya jika digunakan untuk melukai atau membunuh.
Mendekatkan yang jauh oleh jarak dan waktu, berbagi hal-hal positif berbagai macam data dan informasi non-rahasia dan mempromosikan barang dagangan secara gratis adalah manfaat yang sangat besar yang kita dapatkan di facebook dengan cuma-cuma.
Tetapi baru-baru ini kasus besar yang sedang heboh menerpa jejaring sosial facebook secara global. Sebanyak 87 juta akun diperkirakan menjadi korban dari skandal Cambridge Analytica tersebar di seluruh dunia. Indonesia berada di peringkat ketiga terbanyak, hanya di belakang Amerika dan Filipina.
Ketidakjelasan atas definisi dan akibat dari kebocoran data tersebut tentu saja menimbulkan kekuatiran bagi para pengguna terutama bagi mereka yang menyimpan data rahasia dan sangat berharga. Hal tersebut akan berujung pada ketidakpercayaan pengguna terhadap jejaring sosial ini.
Apakah facebook lebih baik ditutup saja untuk selamanya? Saya pikir tidak. Saya masih membutuhkan jejaring sosial ini untuk banyak hal. Sekalipun akhir-akhir ini agak jarang saya gunakan, tetapi saya masih sangat memerlukannya untuk banyak hal.Â