Dan PDI-Perjuangan pun "memaksanya" untuk meninggalkan Kota Solo dan menduetkan beliau dengan Ahok. Tentu saja masyarakat Solo marah atas keputusan tersebut. Tetapi lagi-lagi mereka tidak kuasa menahan atau mengubah garis tangan.
Di Pilkada DKI Jakartapun beliau berhasil menjadi Gubernur ke-16 mengalahkan petahana Foke melalui dua tahapan yang sengit. Jadilah seorang Jokowi menjadi Gubernur paling sederhana dan paling merakyat.Â
Gebrakannya yang luar biasa, lagi-lagi membuat masyarakat Indonesia "berteriak" meminta agar beliau memimpin Indonesia. Melalui pertimbangan yang panjang, akhirnya Megawati, Ketua Umum PDI-Perjuangan, lagi-lagi tak kuasa menahan kekuatan garis tangan Jokowi, dan Megawati pun dengan sangat berat hati akhirnya rela untuk mengurungkan niatnya untuk maju menjadi calon Presiden.Â
Dan singkat cerita, melalui rangkaian perjalanan yang berliku dan tidak mudah, beliaupun berhasil menduduki kursi nomor 1 di Negeri ini menjadi Presiden ke-7 NKRI, menyingkirkan Prabowo dan Jenderal lainnya yang bermimpi menajadi presiden, seperti Jenderal (Purn) Wiranto, dsb.Â
Bahkan politisi senior Amien Rais yang tidak memiliki garis tangan untuk menjadi seorang presiden pun harus kalah.
Jusuf Kalla yang selisih 20an tahun lebih tua dari beliau, harus rela menjadi wakil beliau karena Jusuf Kalla hanya memiliki garis tangan mejadi Wakil Presiden 2 kali untuk pasangan yang berbeda.
Masihkah Anda belum yakin dengan garis tangan?
Pada bagian selanjutnya kita akan membahas garis tangan Nabi Yusuf "budak belian".
(Bersambung...)
Catatan:
Penulis memohon maaf, jika terdapat kesalahan pada tulisan ini mengenai Presiden Jokowi dan tokoh-tokoh lain yang disebut dalam tulisan ini, keterbatasan waktu dan litertur adalah penyebabnya, sama sekali bukan unsur kesengajaan.
(rintarsipahutar780@gmail.com)