Ketika Gus Dur terpilih menjadi Presiden ke-4 Republik Indonesia, mungkin saya adalah salah satu yang paling kurang setuju. Ada 3 alasan mengapa saya tidak menyukai beliau pada waktu itu.
Alasan pertama adalah ketika itu saya sangat menginginkan Megawati Sukarnoputri sebagai Presiden. Sebagi Ketua Umum Partai pemenang pemilu pasca reformasi PDI Perjuangan sekaligus orang yang ter"zolimi" selama orde baru, menurut saya Megawati Soekarnoputri sangat layak menjadi Presiden wanita pertama di Indonesia, yang proses pemilihannya juga disiarkan secara langsung melalui layar televisi.
Alasan kedua adalah keterbatasan fisik Gus Dur yang kurang sempurna, yaitu terganggu indera penglihatannya sehingga membutuhkan seorang "pembisik" dan kalau berjalanpun juga harus dituntun, sehingga menurut saya, ini merupakan sebuah kemunduran besar yang tidak seharusnya terjadi ketika kita ingin membenahi negeri ini dalam suasana euforia reformasi.
Alasan ketiga adalah, ketika itu saya sama sekali belum mengenal atau belum tahu banyak tentang Gus Dur. Setahu saya beliau hanyalah orang biasa saja yang tidak mengetahui banyak tentang kepemimpinan, apalagi untuk memimpin sebuah negara sebesar Indonesia?
Ketika itu kami bersama teman-teman kuliah dengan sengaja berkumpul, menyaksikan detik-detik pemilihan presiden secara voting oleh anggota MPR melalui layar televisi yang ketika itu disiarkan secara langsung ke seluruh Indonesia bahkan dunia.
Saya masih ingat ketika itu tepat tanggal 20 Oktober 1998, menjadi sebuah kegemparan besar bagi masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia. Habibie (incumbent) yang diusung Partai Golongan Karya (Golkar) mengumumkan pengunduran dirinya dari calon presiden. Praktis, hanya tersisa Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri.
...Megawati pada awalnya memimpin, namun perlahan namun pasti, perolehan suara Gus Dur yang disokong kubu Poros Tengah dapat mengimbangi perolehan suara Megawati. Bahkan, keadaan menjadi berbalik ketika pada penghitungan akhir Gus Dur mengumpulkan 60 suara lebih banyak. Gus Dur jadi Presiden! Dengan diiringi lantunan sholawat badar, Gus Dur dibantu berdiri dan dibimbing podium untuk disumpah menjadi presiden... (NU online: "Detik-detik Terpilihnya Seorang Santri Jadi Presiden RI")
Jika ada salah satu tokoh yang sangat berperan dalam kemenangan Gus Dur adalah penggagas poros tengah sekaligus tokoh reformasi yang sangat disegani ketika itu, Amien Rais.
Ada yang mengatakan bahwa Amien Rais kurang setuju jika Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Presiden RI ke-4, sementara Amien Rais sendiri yang sudah sejak lama berambisi memimpin negeri ini justru tidak mendapat dukungan dari dari fraksi-fraksi di DPR, ketika itulah beliau menggagas poros alternatif yang disebut poros tengah untuk untuk mengimbangi suara Megawati Soekarnoputri.
Tak lama Gus Dur memimpin atau tepatnya tanggal 23 Juli 2011 atau setelah berkuasa sekitar 1 tahun 9 bulan, beliau yang sering dianggap nyeleneh kemudian dilengserkan melalui persekongkolan jahat seperti disebutkan Gus Dur dalam pidatonya pada 23 Juli 2001:
...hal ini mencapai puncaknya, kemarin (Minggu, 22/7), beberapa parpol utama berkumpul di Jl Kebagusan, rumah Ibu Megawati Soekarnoputri ... Mas Amin Rais mengatakan bahwa dalam beberapa hari ini akan pemimpin nasional yang baru. ... Pertemuan itu jelas bahwa mereka tidak dapat mengendalikan keinginan orang-orang yang ini dan memaksa saya turun dari jabatan presiden. (hal. 162 : Salah Apakah Gus Dur?: Misteri di Balik Pelengserannya, 2014)
Ketika itu banyak masyarakat Indonesia yang senang dengan keputusan MPR ini, dan salah satunya adalah saya. Harapan saya agar Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Ke-5 Indonesia akhirnya tercapai karena posisi beliau sebagai wakil presiden ketika itu, oleh undang-undang yang berlaku secara otomatis menggantikan presiden yang diberhentikan ditengah jalan secara tidak hormat.