Berbeda dengan di Indonesia, setiap pemilihan calon pasangan pemimpin, baik Pilkada (pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota), Pemilu (pemilihan DPR RI, DPRD I & II, dan DPD RI), Pemilihan Presiden (Pilpres), bahkan Pilkades, tidak jarang terjadi kegaduhan.
Suasana akan memanas mulai dari penjaringan bakal calon, saat kampanye, saat pemilihan hingga pengumuman hasil akhir. Pihak yang kalah sering tidak mau menerima kekalahan dan berusaha menggugat ke MK dengan dalil kecurangan. Dan tak jarang pihak yang kalah mengajak pendukung dan simpatisan berbuat anarkis.
Dan apabila gugatan di MK juga kalah (karena memang sangat jarang ada yang menang), pihak yang kalah akan selalu berusaha untuk mengganggu jalannya pemerintahan sampai akhir masa pemerintahan. Bila perlu mereka akan berusaha mencari celah melakukan "pemalzukan", agar masa pemerintahan berhenti di tengah jalan.
Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang budiman, marilah kita sama-sama belajar lebih baik. Mari kita contoh hal-hal yang bagus. Belajarlah dari tulang saya "Paman Sam" atau "Uncle Sam".
Mari kita belajar menerima kekalahan, mendukung pemenang, pemerintah yang berkuasa. Tentu saja dengan berbagai kritikan sehat, tetapi tidak berarti harus memakzulkan. Mari beri mereka kesempatan dan dukungan. Doakan mereka dan jangan dicaci maki. Siapapun mereka, suka atau tidak suka, mereka adalah pemimpinmu yang harus di hormati.
Memakzulkan pemerintah yang berkuasa adalah sebuah kebodohan besar yang akan membuat negara makin kacau. Ketika ketidakpastian terjadi, harga-harga akan naik, stabilitas menjadi labil, investor lari, negara menjadi miskin. Kemudian akan terjadi terjadi adu domba yang berujung pada perang saudara. Korban akan berjatuhan dimana-mana dan negara akan pecah dan hancur hanya karena keinginan politik busuk.
Siapapun yang memprivokasi Anda untuk berbuat anarkis dengan tujuan menjatuhkan pemerintah dan menginginkan suasana negara kacau, mereka adalah penghianat bangsa.
Merdeka...3x
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H