Setelah 12 hari "puasa berbicara" di Facebook akibat kehabisan kuota internet, sementara niat membeli kuota terpaksa diurungkan karena hingga hari ini, 13 Januari 2017 gaji belum juga turun, maka saya memutuskan mengahiri kebisuan ini dengan membuat hutang baru di tempat langganan pulsa.
Saya mempunyai seorang tulang (dalam bahasa Indonesia = paman), tidak hanya saya; banyak orang juga memanggil dia "tulang". Atas dasar apa, saya kurang paham tetapi yang jelas tulang saya ini sangat pintar, kaya-raya, sangat berpengaruh dan sangat berkuasa (Super Power/Adi Kuasa).
Banyak orang yang kagum dengan kehebatan tulang sehingga sangat banyak orang yang berkunjung ke rumahnya. Ada yang hanya sekedar ingin melihat-lihat kemegahan dan kehebatan rumahnya tetapi tidak sedikit juga yang tinggal disana sementara waktu untuk belajar atau bekerja. Bahkan bagi mereka yang cukup beruntung, tidak sedikit juga yang memilih dan mendapatkan izin tinggal menetap disana.
Masih sangat banyak lagi orang yang bercita-cita berkunjung ke rumah tulang tapi belum tercapai karena terkendala dengan biaya dan izin. Dan salah satunya adalah saya. Tentu saja karena "hepeng" saya masih belum cukup.
Tidak sedikit "hepeng" yang dibutuhkan untuk berkunjung ke rumah tulang. Walaupun tulang sangat kaya tetapi tak sekalipun tulang pernah mengirimkan uang kepada saya, sementara saya sudah sangat rindu sama tulang. Saya hanya bisa menggigit jari menahan rindu dengan berharap suatu hari mendapat sebuah keajaiban dapat berkunjung ke sana untuk melepas rindu.
Selain itu, tulang juga dianggap banyak orang sebagai tokoh yang kontroversial. Tidak sedikit yang membenci tulang. Ada yang menyebutnya teroris dunia, kurang ajar, kafir, pendukung zionis, dsb.
(Bersambung kebagian 2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H