Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kain Kabung

6 Desember 2017   16:37 Diperbarui: 19 Januari 2021   22:15 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : storagegoogleapis.com

Disini... di tempat ini,
25 tahun yang silam

Engkau menguburku hidup-hidup
Mimpiku Engkau berangus
Cita-citaku Engkau halau
Jalanku Engkau tutup
Dan aku mati berdiri
Lemas tak berkutik

Engkau melilitkan kain kabung ke leherku
Dan menaruh debu di kepalaku
Aku berduka

Orang-orang menontonku
Dengan sorot matanya yang tajam
dan menghujaniku dengan cibiran
Mereka menang, aku takluk

Mataku kering, suaraku parau
Aku meraung... meratap memohon belaskasihanMu

Mulutku terkatup tanpa suara, aku putus asa
Engkau berdiri jauh melihatku tanpa empati

Aku mati dan tak pernah hidup lagi
Aku berharap hanya kepada tunas-tunas ini
Jika kelak Engkau sudi
Mengiring mereka meraih mimpinya
Agar aku kembali hidup
Sekalipun sudah terlambat jauh (RS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun