[caption caption="Romeo dan Juliet, Tak Terpisahkan. Sumber: fanshare.com"][/caption]
“Kekasihku, mau kah engkau menungguku, malam ini saja di tepian itu
Ku ingin bersamamu
Biar aku bisa membelaimu dan menjelajah cinta yang terpatri dalam hatimu
Aku ingin engkau mengetahui, kalau cintaku tidak akan pernah mati
Dan engkau bisa merasakan kasmaranku teramat sangat ketika ini
Jikalau pun aku harus menyebrangi lautan, aku kan sebrangi
Jikalaupun aku harus mendaki gunung tertinggi, aku kan daki
Jikalaupun aku harus menuruni lembah terdalam, akan kulalui
Badai dan halilintar tak akan menyurutkan langkahku
Sebab cintaku abadi untukmu….”
Begitulah sebuah puisi rindu tersemat dalam surat cinta seorang lelaki kepada wanita pujaannya. Tercium bau kasmaran yang teramat sangat. Kerinduan sang lelaki sudah membuncah. Inginnya dia selalu dekat dengan kekasihnya itu. Dia sanggup melalui semua rintangan dan halangan yang berada didepannya. Kekuatannya berasal dari cinta yang bersemi di sanubari. Setiap halangan yang membentuk jarak antara dia dan sang kekasihnya akan dihancurkan. Tidak ada sesuatu pun yang bisa memisahkan sang lelaki dari pujannya. Dia berjanji bahwa cintanya akan selalu menyala dan terus menyala, hingga nanti. Matipun dia akan rela, ketika kasmarannya sudah diubun-ubun. Inikah yang disebut cinta sejati?
Dalam hikayat kehidupan kita, cinta sejati selalu identik dengan kisah cinta Romeo dan Juliet. Dikisahkan Romeo dan Juliet terlibat kisah cinta yang tidak berijin. Keduanya berasal dari dua keluarga yang secara tradisional sudah bermusuhan, Capulates dan Montagues, di kota Verona di Italia. Sepasang manusia itu saling mencintai, akan tetapi cinta mereka terlarang bagi kedua keluarga.
Romeo dan Juliet akhirnya harus melakukan cara sembunyi-sembunyi untuk memuaskan kerinduan mereka. Dengan diam-diam tanpa sepengetahuan kedua keluarga, Romeo sering memadu kasih dengan sang pujaan hati, belahan jiwanya, di istana keluarga Juliet. Tidak ada sedetik pun waktu terlewatkan tanpa Romeo mengangeni Juliet. Baginya berpisah dengan Juliet adalah sebuah lonceng kematian. Lonceng yang akan menentukan akhir dari kasmaran mereka. Berpisah semalam pun menjadi sebuah siksaan yang maha dahsyat.
“Good night, good night! Parting is such sweet sorrow. That I shall say good night till it be morrow” ujar Juliet, ketika dia melepaskan sang pujaan ditelan malam untuk kembali kerumahnya Tidak berbeda dengan Juliet, Romeo juga merasa merana dan nelangsa yang teramat sangat. Dia katakan, “Hence will I to my ghostly father's cell”.
Bagi Romeo, rumah bapaknya bagaikan sebuah penjara yang mengungkung cintanya kepada Juliet. Penjara yang mengurung dirinya, tetapi tidak cinta dan imajinasi dan mimpi-mimpi indah tentang gairah cinta yang sedang membuncah. Gairah yang selalu menguatkannya untuk selalu memanjat tembok rumah keluarga Capulet yang licin berlumut untuk menemui kekasihnya. Juliet masih mematung di balconi rumahnya, hingga tubuh Romeo benar-benar hilang di kegelapan malam
Singkat cerita, dikisahkan pula di akhir, dalam upaya untuk lari dari kawin paksa, Juliet meminum semacam ramuan untuk membuatnya mati suri dan keluarganya akan menyangka dia tewas. Berita kematian palsu ini tidak sampai ke Romeo dengan sempurna. Romeo kemudian pergi ke makam palsu Juliet. Karena kesedihannya, Romeo meminum racun, bunuh diri. Mati. Juliet, karena kesengaraan yang tiada tara, mengakhiri hidupnya, juga bunuh diri meminum racun. Kali ini racun beneran. Juliet pun mati. Kisah kasih Romeo dan Juliet ini telah menjadi cerita abadi tentang cinta sejati sepasang manusia.
Kisah lain yang agak sama adalah cinta antara Rose dan Jack Dowson, yang dalam film Titanic diperankan oleh Leonardo Dicaprio dan Kate Winslet. Meskipun kisah ini sebenarnya hanya rekaan, menjadi lambang cinta sejati karena kalimat “I jump you jump” yang diucapkan Rose menjelang tenggalamnya kapal Titanic.