Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Ini, Kamu Wajib Bahagia

20 Maret 2016   00:01 Diperbarui: 20 Maret 2016   00:23 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Hari Kebahagiaan Dunia. Sumber: somaliaandsun.com"][/caption]Banyak yang mengatakan bahwa dalam hidup ini mereka mencari kebahagiaan. Mencari sesuatu yang sulit diwujudkan. Mencari bentuk dari kebahagiaan. Mencari sesuatu yang tidak berwujud. Mencari sesuatu yang hanya dapat dipahami oleh rasa.

Kebahagian ini telah lama menjadi mitos kehidupan, artinya kebahagiaan itu ada atau tidak. Semua orang berusaha mendapatkannya. Berbagai cara digunakan. Berbagai ukuran dapat menjadi patokan akan bahagianya seseorang. Karena memiliki barang yang dimiliki, seseorang dapat menjadi bahagia. Karena mendapatkan pasangan hidup, seseorang menjadi bahagia. Karena mendapatkan keinginan seseorang bisa meluapkan rasa bahagianya.

Kemudian yang terjadi adalah seseorang itu akan mengalami ketidakbahagiaan lagi. Bahagia yang tadinya dirasakan segera sirna. Segera tergantikan perasaan tidak bahagia. Bisa karena ada keinginan baru, bisa juga karena ada masalah baru. Masalah yang merenggut kebahagiaan yang telah dirasakan. Kenyataannya memang, bahagia itu hanya berlangsung singkat. Karena mendapatkan sesuatu itu juga dibarengi dengan mendapatkan tanggung-jawab baru, atau mendapatkan masalah baru. Seperti sebuah siklus, bahagia dan tidak bahagia itu datang silih berganti. Sayangnya, kebahagiaan sering sekali dirasakan memiliki periode yang sangat singkat. Pasti ingatkan, waktu pacaran rasanya sangat singkat, padahal sudah seharian bertemu.

Tetapi,mengapa lebih banyak orang yang tidak bahagia. Mereka mencarinya di berbagai tempat. Ada yang menikmatinya di kafe-kafe remang-remang. Ada yang mencarinya dengan menjalani kehidupan rohani yang lebih serius. Ada juga yang mencarinya di sudut-sudut kota yang menciptakan rasa kangen. Rasa kangen yang muncul tiba-tiba dan rasanya kalau kembali ke tempat itu akan membuat bahagia. Tidak sedikit yang rela mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan sang kebahagiaan itu.

Tetapi ada juga yang menganggap, bahagia itu tidak perlu rumit dan repot. Sering kita lihat juga di media-media sosial cerita tentang mendapatkan kebahagiaan ini. Menjadi bahagia itu sederhana, begitu ungkapannya. “Bahagia itu adalah ketika saya menyelesaikan ritual pijat, rawat rambut, pedicure dan menicure”, ungkap seorang wanita di sebuah laman facebooknya. Di kesempatan lain, ada yang menuliskan, bahagia itu sederhana. Bahagia itu ketika dapat kecengan baru yang ganteng. Ada lagi yang mengungkapkan bahagia itu ketika dapat selingkuhan yang kaya. Tetapi ada juga, yang mengatakan bahagia itu ketika mendapatkan pujian kecil dari atasan. Bahagia itu ketika mendapatkan ucapan ‘kamu cantik!’ dari suami tercinta. Masih banyak lagi, ungkapan-ungkapan soal bahagia itu sederhana.

Begitu banyak sebenarnya bentuk-bentuk kebahagian itu. Bentuk yang sangat sederhana. Ditilik dari dua kontras di atas, ternyata kebahagian itu soal pikiran. Kalau kita memandang sesuatu itu sebagai suatu kebahagian, maka bahagialah yang akan datang, dan berlaku sebaliknya. Itu soal bagaimana kita mempersepsikan segala sesuatu dalam hidup kita. Hukuman dari atasan bisa menjadi sesuatu yang membahagiakan jika kita bisa menemukan sesuatu yang berguna dalam hukuman tersebut. Kemalangan bisa diartikan sebagai sebuah kebahagiaan jika bisa mempersepsikannya secara positif dan menemukan sesuatu yang patut disyukuri. Karena kita bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu beruntung. Dalam suatu kemalangan pun kita pasti masih merasa beruntung. Dengan demikian seharusnya sebagai orang Indonesia kita harus selalu bahagia.

Lalu, kenapa harus bahagia hari ini. Tidak banyak yang tahu, ternyata ada hari kebahagian internasional yang diperingati setiap 20 Maret. Hari ini adalah hari peringatkan hari kebahagiaan sedunia. Hari Kebahagiaan ini diinisiasi oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan (SDSN-Sustainable Development Solution Network). Jaringan ini membuat peringkat kebahagian tiap negara. Laporan yang telah diterbitkan empat kali ini menuangkan hasil survey yang dilakukan terhadap masing-masing 1000 orang tiap negara selama 1-3 tahun. Hasil survey ini dengan indikator—indikaktor yang disepakati, digunakan sebagai basis menilai dan memeringkat tingkat kebahagian sebuah negara.

Indikator-indikator yang digunakan adalah GDP per kapita, dukungan sosial, harapan hidup dan kesehatan, kebebasan pribadi, pemberiaan amal dan persepsi korupsi. GDP per kapita ini diterjemahkan sebagai daya beli masyarakat. Dukungan sosial dimaknai sebagai memiliki seseorang yang menjadi tempat bergantung ketika berada dalam masalah. Kebebasan pribadi diartikan kebebasan untuk menentukan pilihan-pilihan yang dilakukan masyarakat dalam hidupnya. Pemberian amal melihat kepada seberapa banyak dan sering masyarakat suatu negara memberikan amal. Persepsi korupsi dilihat dari persepsi masyarakat atas perilaku koruptif di pemerintahan dan swasta di negaranya.

Untuk laporan Kebahagiaan 2016 telah diluncurkan di Roma, Italia, pada 16 Maret lalu. Laporan ini menempatkan Indonesia pada urutan 79 dari 156 negara yang disurvey. Hal yang mengejutkan adalah Indonesia berada di bawah negara Somalia. Dengan rentang antara 1-10, Indonesia memiliki skor 5,314. Sementara Somalia negara yang selama ini selalu identik dengan kemiskinan dan perang serta pembajak memilki angkat 5,440, berada di urutan 76. Untuk region Asia Tenggara, Indonesia berada pada urutan ketiga setelah Singapura 22 dan Malaysia. Singapura jauh diatas Indonesia sementara Malaysia berada pada urutan 47. Masyarakat Singapura bahagia dengn kehidupan di negara mereka meskipun sangat banyak aturan yang mengikat disana, kebebasan bersuara juga tidak dijamin pemerintah. Demonstrasi tidak diperbolehkan di Singapura. Malaysia akhir-akhir ini juga dilanda mega skandal korupsi Perdana Menteri Najid dengan perusahaan negara 1MDB. Media-media yang memberitakan kasus korupsi Perdana Menteri Najib ini juga diberangus. Tetapi, demikianlah laporan kebahagian itu dengan indikator-indikator yang digunakan. Mencerminkan tingkat kebahagian suatu negara.

Laporan yang juga diterbitkan pada tahun 2015 menunjukkan posisi Indonesia di urutan 74. Malaysia 61 dan Singapura 24. Untuk laporan tahun 2013, Indonesia berada pada urutan 76. Sementara Malaysia 56 dan Singapura 30. Laporan di tahun 2012, Indonesia masih tetap di bawah Singapura dan Malaysia dengan kisaran di peringkat 70-an. Indonesia menunjukkan penurunan peringkat kebahagian dari empat laporan yang sudah dikeluarkan. Untuk 2016, negara yang penduduknya paling bahagia adalah Denmark dengan skor 7,526, dan yang paling tidak bahagia adalah Burundi dengan skor 2,905, dengan tingkat kemiskinan tertinggi.

Di Indonesia sendiri kalau kita melihat indikator-indikator yang disebutkan di atas, maka yang paling rendah angkanya adalah persepsi korupsi. Korupsi di Indonesia masih sangat tinggi baik di pemerintahan maupun swasta. Jika dilihat dari GDP per kapita, Indonesia sudah masuk sebagai negara berpendapatan menengah. Sementara untuk orang-orang di sekitar kita yang siap menolong, pastinya masih banyak. Apalagi yang ada di kota-kota kecil dan di pedesaan. Untuk amal, Indonesia juga tidak kalah. Memberikan sudah menjadi sebuah kebiasaan. Lihatlah betapa banyaknya pengemis di jalanan. Mereka berjubel karena kita memang memberikan. Untuk pertolongan kecil, misalnya seorang office boy yang sebenarnya melakukan tugasnya, orang Indonesia suka memberikan tips. Dalam kriteira kebebasan melakukan pilihan, dapat dikatakan Indonesia mengalami saat yang paling bebas saat ini. Lihatlah di media sosial, sangat banyak yang menyuarakan pilihannya, tentang apa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun