Ruang Terbuka Publik menjadi isu yang menggema di perkotaan saat ini. Ruang terbuka publik ini diperlukan untuk menjadi semacam oase bagi masyarakatnya untuk sejenak terlepas dari kerumitan yang dialami setiap hari. Kerumitan karena pekerjaan dan permasalahan hidup lainnya dan juga karena permasalahan sosial yang dialami masyarakat perkotaan.
Permasalahan yang dialami suatu kota berkontribusi pada tingkat layak huni dari kota tersebut. Umumnya kota-kota besar dunia yang ada saat ini sudah mengalami pertumbuhan yang luar biasa, dengan tingkat urbanisasi yang sangat tinggi karena konsentrasi pembangunan. Urbanisasi yang tinggi menghadirkan permasalahan terkait lahan untuk tempat tinggal, transportasi, penyediaan air bersih, masalah lingkungan, masalah sosial, polusi bahkan bencana banjir karena tingginya daerah terbangun serta pengambilan alihan secara liar lahan-lahan di aliran sungai.
Permasalahan di atas menjadi perhatian para pemerhati perkotaan. Pertumbuhan yang tidak terkontrol mengakibatkan berkurangnya ruang-ruang publik yang sangat diperlukan masyarakat kota dalam kehidupannya. Di kota-kota besar di banyak negara, kebutuhan ruang terbuka ini menjadi prioritas utama.
Bahkan di Korea Selatan, dalam upaya menambah ruang terbuka publik bagi masyarakat Kota Seoul, beberapa infrastruktur yang masih berfungsi dialihfungsikan menjadi ruang terbuka publik. Rel kereta api layang bahkan dihilangkan untuk memberi ruang bagi ruang publik ini.
Salah satunya yang sangat terkenal adalah Cheong-gye Stream Restoration Project.Ini merupakan proyek yang mengubah jalan tol layang menjadi landskap perkotaaan yang menarik. Projek ini yang terletak di tengah Kota Seoul mengubah jalan tol layang menjadi aliran sungai buatan dengan sumber air yang dipompa dari sungai lain untuk menciptakan hulunya yang terletak di antara bangunan-bangunan tinggi.
Proyek ini berupaya untuk mengembalikan alam, meningkatkan daya tahan kota terhadap banjir karena berfungsi sebagai flood control, meningkatkan nilai wilayah, mendorong pemakaian transportasi publik dan meningkatkan parawisata. Di bagian lain Kota Seoul juga pemerintah giat membuka taman dan ruang-ruang publik untuk lebih meningkatkan kohesi sosial masyarakat dan juga menurunkan ketegangan akibat tingkat produktivitas yang tinggi.
Di Vietnam, taman-taman kota sangat banyak. Kombinasi taman dan waduk atau situ memberikan banyak sekali ruang terbuka publik di Kota Hanoi, terutama di bagian Old Quarter yang merupakan bagian kota tua Hanoi. Ruang terbuka ini dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai aktivitias. Olah raga mulai dari badminton, skateboarding, takraw, bermain musik, ngobrol dan membaca. Situ yang dikelilingi taman itu juga tampak sangat bersih. Masyarakatnya kelihatan santai dan tidak rusuh. Bahkan kendaraan di jalanan pun jarang yang kelihatan terburu-buru. Kota menjadi nyaman untuk ditinggali.
Manfaat Ruang Terbuka Publik
Kota-kota besar di dunia saat ini mengarah pada pembangunan ruang terbuka publik seluas-luasnya. Pembangunan fisik yang dilakukan dulu ternyata menimbulkan persoalan baru, lahirnya tekanan kepada masyarakat perkotaan pada umumnya. Kohesi masyarakat dirasakan semakin tipis. Tekanan pertumbuhan kota mengakibatkan masyarakat perkotaan mengalami berbagai masalah yang berkontribusi negatif bagi pembangunan.
Pada tahapan selanjutnya tanpa ruang terbuka publik yang merupakan bagian dari penataan kota, kota akan dipastikan mengalami kontraksi ruang yang sangat kuat yang berakibat pada kota yang buruk dan tidak nyawan untuk ditinggal (livable). Seperti disampaikan oleh Direktur UN-Habitat pada Konferensi Habitat III di Quito Equador pada 17-20 Oktober 2016.
Kurangnya ruang terbuka publik perkotaan, seperti ruang terbuka, taman, bangunan publik akan menyumbang pada rendahnya tingkat kelayakan huni sebuah kota yang padat penduduknya serta polusi yang tinggi.