Disinilah kemudian awalnya terjadi proses yang menjadikan media sosial ini beralih menjadi media yang asosial. Dalam keriuhan jejaring antar manusia dalam berbagai kepentingan baik terkait kehidupan sosial, politik dan ekonomi serta lain-lainnya, terjadi pergesekan.
Persamaan yang dimiliki ternyata juga memunculkan perbedaan. Perbedaan pandangan dan juga keinginan dan cita-cita telah menciptakan ruang tersendiri di media sosial itu. Alih-alih menciptakan kebaikan dari eratnya pertalian sosial yang tercipta, ternyata media sosial menjadi perang tersendiri. Bahkan bisa disamakan dengan hutan belantara yang siap memerangkap siapa saja.
Kisah-kisah seperti ini banyak terjadi. Karena terjadinya persaingan, terjadi perundungan di media sosial. Prosesnya sangat intens. Korban perundungan, dengan segala kelemahan mentalitasnya, akhirnya kalah. Korban bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya.
Media sosial juga menjadi sebuah malapetaka bagi banyak keluarga. Baru-baru ini terberitakan kejadian perceraian di Bekasi yang sangat tinggi. Hal yang mengherankan adalah ternyata mayoritas penyebab perceraiannya hampir 87% akibat selingkuh yang dipicu pertemanan di media sosial.
Bukan media sosialnya memang yang salah. Tetapi, media sosial mewadahi terjadinya pertemuan. Pertemuan yang didasari pemenuhan keinginan dasar manusia atas kebaruan. Kebaruan yang diterjemahkan sebagai rumput tetangga lebih hijau. Kebaruan yang menciptakan terjadinya pertemuan-pertemuan intimasi terlarang.
Di tempat lain, terjadi pengeroyokan dan perang antar kampung atas dasar sebuah berita sosial yang dibagikan. Massa bergerak, perkelahian terjadi, berita tidak terverifikasi dan masyarakat telah tersulut. Kebakaran terjadi, korban berjatuhan.
Media sosial juga menjadi tempat mencari mangsa berbagai predator. Baik penipu, maling, pencuri dan pelaku kebiasaan miring lainnya. Perampokan yang melibatkan pembunuhan bisa bermula dari media sosia.
Media sosial yang seharusnya menjadi sebuah wadah mengeratkan, sekarang menjadi pusat 'perang' maya yang terbawa hingga ke dunia nyata. Dunia nyata dan maya menjadi tidak nyaman untuk ditinggali.
Ujungnya Media 'So Sial'
Persaingan di media sosial melahirkan perang yang tidak putus dan berkelanjutan. Meskipun ini bukan dari tujuan Mark Zuckerberg ketika menciptakan facebook, tetapi nyatanya media sosial ciptaan drop out Harvard University ini, meskipun akhirnya diselesaikan secara honoris causa, berubah menjadi medan perang maya.
Emosi yang terkumpul dan kadang tidak tertahan berujung pada ujaran-ujaran yang off side. Undang-Undang ITE dijadikan pagar untuk menjaga agar tidak tejadi 'peperangan' di media sosial. Tetapi, aturan ini ternyata kadang tidak mempan.