Nasehat orang tua zaman dulu itu ternyata selalu mak nyos. Pastinya. Soalnya, nasehat-nasehat itu berasal dari pengalaman bertahun-tahun mengarungi lika-liku kehidupan. Nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan bernilai tinggi menjadi dasarnya. Nilai-nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sering juga disebut local wisdom. Ada juga yang menyebutnya local genius.
Dari banyak nasehat itu, ada satu yang penting menurut saya. Nasehat itu berbunyi, "Kelemahan laki-laki ada di perut dan kelemahan perempuan ada di telinga". Maksudnya jelas, kan? Kalau belum, Tak coba jelaskan.
Laki-laki, katanya, akan merasa senang jika perutnya kenyang. Dengan demikian, nasehat orang tua kepada anak-anak perempuannya yakni perempuan harus pintar memasak. Nasehat itu selaras dengan pantun berikut. Kendang kendut tali kecapi, kenyang perut senang lah hati. Begitulah lelaki.
Sementara itu, wanita senang dengan keindahan, kenyamanan, dan rasa aman. Untuk itu, laki-laki harus mampu berkata-kata indah, manis dan lembut. Pujilah perempuan dengan tulus. Niscaya dia akan merasa senang. Ceritalah tentang hal-hal indah. Katakanlah kau akan ada ketika diperlukan. Berikanlah rasa aman bagi perempuan yang dicintai. Niscaya, wanita akan bahagia melayani lelakinya. Ditegaskan, ini konteksnya dalam relasi suami istri, loh!
Kok gombal sekali? Memang terdengar gombal. Tetapi itu benar adanya dan sudah terbukti. Bukankah pernah dengar lirik lagu  "bulan madu tinggal janji". Perempuannya tertarik menikah dengan lelakinya karena dibisikkan akan kenyamanan berbulan madu ke tempat-tempat indah. Bukan pada tertipunya, yah! Tetapi, kekuatan bisikan lelaki di telinga perempuan. Itu menggambarkan betapa perempuan lemah di telinganya.
Ringkasnya, setidaknya dari nasehat di atas, dalam sebuah keluarga perlu suami merasa urusan perutnya tuntas dan istri merasa aman, nyaman dan menemukan keindahan dalam mewujudkannya. Bisakah dua keadaan itu disatukan dan diupayakan? Adakah yang bisa mewujudkan sebuah keadaan ini?
Bright Gas Kuncinya
Pasti ada pembaca yang punya ketakutan menggunakan gas untuk memasak. Sebabnya, dipersepsikan gas mudah terbakar dan meledak. Tepat sekali, gas memang mudah terbakar dan  meledak. Tetapi kemudian menjadi salah, karena pada kasus-kasus kebakaran akibat gas, bukan tabung dan gasnya yang menjadi penyebabnya. Lalu, apa?
Dalam penjelasn yang dipaparkan di acara Nangkring Bersama Pertamina yang diselenggarakan Kompasiana di Artotel pada jumat 29 September lalu dengan nara sumber dari Pertamina, terungkap bahwa seringnya terjadi kerusakan pada selang, kompornya dan juga regulator, yang mengalirkan gas dari tabung ke kompor, yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran dan ledakan gas.
Cerita-cerita ini kebakaran itu kemudian menjadi semacam urban legend yang mengakibatkan kecemasan bagi banyak keluarga terutama ibu-ibu yang bertugas menjaga 'perut' keluarga. Hal semacam ini kemudian dicoba diatasi dengan menciptakan produk baru Pertamina, "Bright Gas".
Apa istimewanya produk ini? Kalau tidak istimewa, Pertamina tidak akan berani menawarkannya ke pasar.