Untuk meningkatkan minat para pelari serius, pelari setengah serius bahkan pelari simpatisan, kegiatan berlari-lari ini dikaitkan dengan gaya hidup. Gaya hidup dimaknai sebagai bagian dari zaman. Jika tidak ikut, maka akan ketinggalan zaman. Tidak gaul dan juga tidak masuk kelas tertentu. Berbondong-bondonglah mereka berlarian dengan berbagai jarak yang ditawarkan. Jika jarak hanya satu jenis, niscaya tidak akan banyak yang ikut. Jika ingin banyak yang ikut, lekatkan dengan gaya hidup, tidak persoalan soal jarak. Yang penting berlari atau ikut berlari.Â
Lalu, banyak kemudian yang tertarik. Siapa yang mau ketinggalan jaman? Siapa yang mau dianggap tidak bergaya? Siapa yang mau dituduh tidak gaul? Siapa yang ingin dituduh kudet? Â Mendorong pesan-pesan itu ke dalam benak setiap orang merupakan gimmick industri dalam kerangka pemasaran. Â
Beberapa hal yang sama bisa disajikan. Pada pertengahan 2000-an, kegiatan olah tubuh di pusat kebugaran (fitness center) pernah menjadi trend beberapa waktu lalu. Pusat-pusat kebugaran menjamur di mal-mal dan pusat perbelanjaan. Kelas-kelas olah raga terlihat padat di saat bubaran kantor. Banyak orang yang rela berkeringat, berbasah-basah di atas treadmill. Mengayuh sepeda dengan RPM tinggi dengan denyut jantung yang menderu. Tendangan-tendangan diiringi suara-suara menghentak terdengar dari kelas-kelas body combat. Belum lagi 'disiksa' pelatih personal berbiaya tinggi. Berbagai program dikembangkan pusat-pusat kebugaran untuk menarik minat berbagai kalangan atas nama gaya hidup.
Bisnis turunannya pun berkembang. Sepatu fitness yang nyaman dicari. Harganya juga tidak murah. Baju-baju dengan lengan kutungnya juga menjadi sesuatu yang dicari. Berbagai merek menjadi kampiun. Beberapa peserta bangga jika sepatu, celana ketat, kaus ketat dan juga sarung tangannya tertera merek-merek terkenal di industri olahraga. Makanan-makanan dan supplemen-suplemen juga dicari. Bagi laki-laki yang tidak sabar ototnya 'menggelembung' dengan segera, tersedia berbagai minuman dan asupan protein tinggi. Harganya, tidak murah tentunya.Â
Mundur ke belakang, tidak terlalu jauh, food combining menjadi trend. Memakan makanan sehat menjadi gaya hidup. Berbagai makanan ditimbagn dengan baik asupan kalori, lemak, protein dan memperbanyak asupan yang menyehatkan. Pengolahan makanan dengan memblender juga menjadi kebutuhan. Mesin-mesin blender dengan kehalusan yang tinggi laku keras. Turunannya, karena makanan harus dibawa dan setidaknya bisa dipamerkan, maka produsen container-container untuk menyimpan makanan pun ikut menikmati perayaan gaya hidup ini.Â
Buku-buku  soal kebugaran dan food combining ini juga laku keras. Industri televisi menciptakan berbagai acara untuk menyehatkan badan melalui olah kebugaran dan juga racik-meracik makanan sehat dan bergaya ini. Majalah-majalah membahas isu-isu terkaitnya. Ahli-ahli kebugaran dan makanan kombinasi ini juga bermunculan. Semuanya merasakan 'kenikmatan' dari kemeriahan ini.Â
Tetapi, tentunya itu tidak bertahan lama. Semuanya hanya sementara. Manusia tidak akan bertahan dengan hal yang sama terlalu lama. Industri juga yang menangkap 'perasaan' tersembunyi ini. Di samping itu manusia juga membutuhkan kebaruan dari segala sesuatunya.Â
Perlahan tapi pasti, pusat-pusat kebugaran itu pun menjadi sepi. Beberapa menutup cabangnya. Meskipun dikembangkan berbagai gerakan hingga yang paling mutakhir zumba, pusat kebugaran tetap ditinggalkan. Sepi. Hanya terisi mereka yang benar-benar niat soal kesehatan tubuhnya.Â
Soal makanan kombinasi itu pun sama ceritanya. Pesan-pesan terakhir malah hanya sekilas saja soal makanan sehat. Tidak ada lagi perayaan. Tidak adal lagi acara di televisi. Tidak ada lagi raungan blender di rumah dan mungkin di kantor-kantor seperti ketika dulu. Â Tidak ada lagi teriakan insturktur fitness yang berteriak garang dari layar televisi.Â
Semuanya sudah berlalu. Gaya hidup itu berubah setiap waktu. Kesempatan itu hanya sementara. Dunia industri paham fenomena ini. Mereka tau selera dan kebiasaan manusia ini. Mereka akan menciptakan kebaruan soal gaya hidup. Lalu menggenjotnya ke benak setiap orang. Lalu ada perayaan lagi.Â
Lalu mereka menungganginya dan memetik keuntungan dari keriangan itu. Memainkan gaya hidup sebagai bagian dari gimmick pemasaran, menjadi trik abadi dunia industri. Meskipun ada yang bertahan seperti celana jeans, tetapi banyak yang hanya menjadi bagian dari sejarah. Dengan kemungkinan bisa berulang kembali. Lekatkan ke gaya hidup, niscaya kemeriahan itu akan muncul. Lalu, jualanlah.