Jika ditelisik, kemungkinan ini terjadi karena orang tua mengijinkan anaknya untuk mengendarai motor. Bukan mencuri-curi memakai motor bapak. Bisa jadi tekanan dari sesama rekan anaknya menjadi pendorong untuk membelikan sepeda motor. Rasa sayang yang tidak ingin anaknya kalah dengan anak orang lain, mengakibatkan anaknya mengalami kecelakaan. Tidak jarang permintaan anaknya tidak dapat ditolak oleh rasa sayang yang luar biasa. Rasa sayang yang memang kadang menghilangkan rasionalitas orang tua. Orang tuanya pasti menyadari bahaya ketidakpahaman anaknya tentang aturan lalu lintas, akan tetapi rasionalitas itu dikalahkan rasa sayangnya. Korban-korban masih akan terjadi, sepertinya.
Gejala lain di masyarakat adalah anak-anak sekarang yang sangat lekat dengan gadget dan smartphone. Tidak aneh melihat pemandangan anak-anak berumur sangat muda sudah sangat paham cara mengoperasikan sebuah smartphone. Gambar hidup yang muncul memberikan rangsangan menyenangkan bagi anak. Permainan yang lucu-lucu dan warna-warna yang hidup membuat anak asyik dan tidak mengganggu orang tua beraktivitas, yakni bermain handphonejuga.
Keasyikan bermain dengan gadget, smartphone, atau permainan semacam play station tidaklah baik. Interaksi ini hanya satu arah dan tidak melibatkan fisik. Anak-anak seharusnya bergerak dan berinteraksi dengan temannya. Bermain dengan teman akan menggerakkan fisik anak dan berinteraksi. Interaksi sosial terjadi jika bermain dengan teman sebaya. Sementara jika bermain sendiri, bisa mengakibatkan kegemukan, anak tidak memahami nilai-nilai sosial di luar rumah. Bisa juga mengakibatkan autisme jika berlangsung cukup lama. Paparan cahaya yang terang bisa berdampak pada kerusakan mata.
Sebuah riset yang digagas oleh grup non-profit, Common Sense Media, dari Kanada meneliti 105 pra-remaja untuk mempelajari gaya hidup dalam keseharian. Anak-anak yang selalu menggunakan gawai dan sejenisnya cenderung lebih susah untuk berinteraksi dengan anak-anak lainya. Tingkat sosialisai anak-anak pemakai gawai itu juga rendah.
Pemenuhan hasrat anak untuk memiliki gawai kemungkinannya karena juga didorong keinginan orang tua bahwa anaknya tidak ketinggalan dari anak lainnya. Keinginan untuk memberikan anak gawai juga sepertinya menunjukkan rasa sayang orang tua kepada anaknya. Padahal, anak-anak harus dibatasi dalam menggunakan gawai tersebut dan tidak diperkenalkan pada usia anak yang masih sangat muda.
Anak Mengatur Orang Tua
Dampak penerapan kasih sayang monyet ini sangat buruk. Saat ini sangat banyak orang tua yang merasa tidak berdaya menghadapi anaknya. Terlebih lagi anak cuma satu atau dua saja. Bisa jadi karena orang tua yang sangat sibuk. Sebagai kompensasi rasa bersalah yang besar, semua permintaan anak akan dipenuhi. Kasih sayang yang muncul ditambah dorongan rasa bersalah tadi mengakibatkan lemahnya orang tua dalam bernegosiasi dengan anak.
Pemenuhan permintaan anak ini juga bagi sebagian orang tua adalah sebagai penyelesaian cepat atas ‘konflik’ dengan anak. Ketika anak sudah mulai menangis dan berteriak di mall karena permintaan yang awalnya ditolak, orang tua dengan segera memenuhinya supaya tidak malu.
Orang tua benar-benar menjadi tunduk kepada anak. Anak dengan gampang mengabaikan perintah orang tua. Padahal dulu, bapak kami dengan lirikan mata saja dapat menenangkan anak-anaknya yang banyak itu. Satu nada tinggi, bisa menghentikan bibit pemberontakan anak-ananknya.
Hal buruk selanjutnya, anak-anak tidak memiliki daya tahan dalam bersosialiasi dengan masyarakat yang lebih luas. Si anak tidak terbiasa dengan sebuah penolakan, sementara dalam dunia permainan anak persaingan adalah sebuah keniscayaan. Penolakan akan terjadi. Anak menjadi gampang marah ketika permintaanya tidak dipenuhi. Si anak tidak memiliki pemahaman akan kenyataan bahwa tidak semua permintaan dapat dipenuhi.
Kebiasaan orang tua ini juga diperburuk dengan adanya berita-berita yang sangat menyeramkan. Diberitakan oleh media massa, ada anak yang bunuh diri karena orang tua tidak membelikan motor. Ada lagi berita dimana anak bunuh diri karena handphone-nya disita.