Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jurus Ampuh Mengalahkan Ahok si Biang Keributan

14 April 2016   23:35 Diperbarui: 14 April 2016   23:52 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto: news.liputan6.co"][/caption]Pusaran politik di Jakarta semakin menghangat sekarang. Aksi-aksi dijalankan para penantang yang ingin menikmati kursi empuk gubernur di Balai Kota untuk mengalahkan sang petahana, si biang keributan. Upaya-upaya digalakkan dengan berbagai cara, mulai cara yang superfisial, artifisial sampai cara-cara yang absurd.

Lihatlah Hasnaeni Moein, si wanita emas. Dengan lincah berloncatan indah dari metromini dalam rangka menarik para pendukung baru. Dalam sebuah foto, dia kelihatan bergelantungan di metro mini tua. Padahal mungkin saja dia di posisi itu untuk sebuah foto, pencitraan. Drama dilakukan dengan berurai air mata ketika penertiban di Pasar Ikan. 

Padahal airmatanya tidak pernah menetes melihat nasib anak-anak yang tinggal di lingkungan yang kumuh selama bertahun-tahun, memiliki keturunan yang kembali ke tempat kumuh dan hidup dalam lingkaran kemiskinan, karena telah lama dibiarkan dan tidak pernah mendapatkan perhatian dari para penguasa sebelumnya.

Lalu suatu hari dalam rangka berusaha menunjukkan kebersihannya dari pengaruh narkoba, dia melakukan tes urine di Badan Narkotika Nasional. Sial, Badan itu tidak lagi melakukan pemeriksaanurine, kecuali terkait perkara. Tampaknya, dia tidak mengerti yang namanya persiapan dan informasi detil mengenai tempat yang akan didatangi dan hajat yang mau dilakukan di tempat itu. Akhirnya, wanita emas itu melakukan tes urine dan kejiwaan di RSKO Cibubur. Tes kejiwaan? Ya, tes kejiwaan.

Meskipun dengan ‘kekonyolan’ yang ditunjukkan, dia dengan yakinnya mengatakan saingan beratnya hanya Ahok. Berarti juga dia melecehkan kemampuan Yusril dan popularitas Dhani serta kegantengan Sandiaga Uno. Karena kata Prabowo pemimpin harus ganteng. Harusnya Yusril tersinggung atau minimal Dhani ‘memaki’. Dhani tidak melakukannya, mungkin dia setali tiga uang si wanita emas itu.

Di sudut lain dengan cerita lain, berbaju warna hijau bertuliskan “malu dong buang sampah sembarangan”, berkacamata reben dan bertopigolf merah yang pastinya tidak murah, bersepatu kets dan bersarung tangan oranye, Sandiaga Uno pada suatu minggu yang tanpa kendaraan melakukan acara pungut sampah. Lagi-lagi sial. Hanya kali itu saja dan hanya yang di bundaran Hotel Indonesia. Mungkin akan jauh lebih mantap, kalau dia memunguti sampah di pasar Rawamangun, dan dilakukan secara teratur, sehingga kesannya memungut sampah di bundaran Hotel Indonesia itu tidak menjadi absurd dan artifisial.

Beda lagi yang dilakukan Dhani. Sebelum Kalijodo dirapihkan, dia sempat-sempatnya berkunjung untuk mendengarkan masukan dari masyarakat. Menikmati sepiring nasi di warteg disana dan menggendong dan menyusui seorang bayi pakai dot di tengah kerumunan masyarakat Kalijodo yang akan direlokasi. Percuma juga, dia hanya melakukannya satu kali dan tidak pernah nongol lagi. Masih mending Ratna Sarumpaet, dia berani menghadang proses pembersihan di pasar ikan meskipun digiring oleh polisi. Mungkin sudah bawaan lahirnya untuk mencari panggung, seperti layaknya seorang artis. Masihkah dia artis?

Dhani, yang selalu akrab dan mesra dalam sebuah seteru abadi dengan Farhat Abhas ini, dikatakan politikus Hanura sebagai berbahaya. Sekretaris Fraksi Partai Hanura Dadang Rusdiana menilai, Dhani adalah publik figur yang tidak memahami dirinya sendiri. Menurut dia, Dhani lebih baik terus berkarier di dunia musik ketimbang maju dalam pilkada. 

Dadang juga menganggap Dhani orang yang pola pikirnya primitif dalam berpolitik. Alasannya, Dhani melontarkan isu SARA kepada Ahok. "Itu berbahaya. Ini negara Pancasila. Semua orang punya hak yang sama dan berkedudukan sama pula di depan hukum," begitu ucapan sang politikus seperti dikutip dari tempodotko.

Satu lagi, meskipun akhir—akhir ini agak diam, mungkin karena penawarannya ditolak oleh warga pasar ikan untuk menjadi pengacara mereka, atau bisa jadi karena ciutan adiknya yang duta besar itu yang dituduh rasis, Yusril sudah bergerilya ke banyak partai. Dukungan partai perlu. Tapi masih belum beruntung, belum satu partai pun menerima jualannya, bahkan mungkin untuk mencicipi jualannya pun partai-partai itu tak sudi. Emang punya nilai jual? Pastinya punya, menurut dia sendiri.

Padahal sudah sangat banyak senjata yang mereka harusnya miliki untuk bisa menjatuhkan Ahok. Coba, ada kasus Sumber Waras, kasus reklamasi pantai Utara Jakarta, kasus korupsi UPS dan kasus korupsi Transjakarta. Bukankah Taufik dan Lulung sudah teriak-teriak kalau Ahok terlibat dalam korupsi di semua kasus itu. Faktanya ini didukung oleh Fadli Zon yang lebih hebat dari pengadilan dan KPK, yang menyatakan kasusnya sudah terang benderang. Pusaran ini harusnya bisa menjatuhkan Ahok dengan mudah dan gampang, seperti menendang istana pasir.

Belum lagi supply gambar-gambar dari Roy Suryo, mantan pejabat sang mantan yang kurang memiliki rasa malu. Lihatlah foto itu, di meja Ahok ada beberapa kaleng bir. Ini harusnya sudah menjadi senjata ampuh untuk menjatuhkan Ahok. Ahok pemabuk. Ahok selalu melakukan pesta minuman keras di rumahnya. Isu ini bisa dikembangkan dari sebuah gambar. Bukankah katanya gambar bisa berbicara sangat banyak?

Alih-alih Ahok yang pake pake rompi KPK, malah Sanusi yang dipakaikan. Alih-alih Ahok yang digetok palu hakim, malah Udar yang ‘digetok” Hakim Artidjo dengan kurungan 13 tahun penjara, dari sebelumnya 5 tahun. Sedap!

Tapi sampai detik ini, Ahok masih di kantornya dan dengan lantangnya menyerang BPK yang memeriksa kasus Sumber Waras. BPK yang dengan seenaknya menggunakan aturan yang sudah usang untuk memeriksa pembelian lahan Sumber Waras, menurut ICW. Mungkin auditornya kurang rajin ngumpulin peraturan yang relevan dengan pekerjaanya. Bisa juga auditornya tidak percaya Ahok akan membaca semua peraturan sebelum bertindak. Bisa juga karena kepala BPK DKI-nya, Efdinal, yang sudah dipecat dan diamankan di kantor pusat BPK, ingin agar lahan ribuan meter di Pemakaman Pondok Kelapa itu yang dikuasainya, dibeli Ahok. Pasti Ahok bilang, “Nenek lu aja yang beli”.

Lihatlah, bukankan Ahok begitu kasarnya dan tidak ada sopan santunnya. Tetapi kenapa Ahok masih bisa berkoar-koar di Balai Kota sana. Tuhan pun akan ditantangnya kalau melakukan kesalahan. Untuk kalimat ini, penulis berharap, yang tidak mengerti boleh skip aja.

Bisa dipastikan, pasti cara-cara yang dilakukan para penantang itu kurang mantap. Jurus-jurusnya kurang tepat. Seharusnya belajar ke guru Bruce Lee, Ip Man dengan Wing Chun, jurus-jurus untuk pertarungan jarak dekat dengan filosofi menggunakan serangan lawan untuk menyerang lawan. Bertahan sambil menyerang.

Untuk mengalahkan Ahok dalam pertarungan ke depan, para penantang harus itu melakukan hal-hal sebagai berikut dan harus lebih baik.

Mereka harus mengumpulkan semua para petugas harian lepas, pegawai kuburan dan penggali kuburan dan petugas penanganan sarana dan prasarana umum, yang berjumlah 50.000 orang, lalu data. Lalu berikan gaji upah minimum provinsi (UMP) sebesar Rp. 3,1 juta sebanyak 13 kali setahun. Selanjutnya, dengan uang APBD, bayarkan premi BPJS untuk pekerja dan istri serta anaknya. Lengkapi anak-anak mereka dengan Kartu Jakarta Pintar. Juga berikan beasiswa Rp. 18 juta per tahun untuk anak-anak mereka yang masuk universitas negeri.

Kalau ada koordinator para pekerja ini yang memotong gaji mereka, atau menahan kartu ATM mereka, langsung pecat dan perkarakan sehingga dipenjara. Jangan kasih ampun bagi mereka yang telah menikmati fasilitas ini tetapi masih malas-malasan bekerja. Para pegawai Pemda yang tidak performed, langsung turunkan dari jabatannya, ganti dengan yang bisa kerja dan sepaham dengan pimpinan.

Cara kedua dapat dilakukan dengan melawan DPRD yang berusaha memasukkan dana siluman ke dalam APBD, jumlahnya 12 trilyun rupiah. Bisa beli banyak dodol kalau jumlahnya segini. Kalau pun misalkan mereka tidak sudi dana silumannya dipotong dengan membuat APBD ganda serta tidak mau membuat Perda untuk APBD, hajar saja dengan peraturan gubernur. Biar saja menggunakan APBD tahun lalu, asalkan tidak ada dana siluman yang masuk dan bebas dinikmati para pencari rente dan pencuri uang rakyat.

Lakukan penganggaran dengan sistem e-catalogue dan e-budgetting. Ini pasti sangat tidak disukai para anggota DPRD dan juga karyawan pemerintah DKI yang masih suka ‘nyolong-nyolong’. Dengan ini, tidak ada lagi tender-tender gelap yang bisa diatur dan di-mark up untuk mendapatkan uang dengan cara curang. Pembayaran untuk kontrak-kontrak terang dilakukan dengan lancar. Tidak ada lagi antrian di bank untuk memastikan pembayaran pekerjaan sudah masuk atau belum, seperti yang dulu-dulu.

Kalau mau urus-urus ijin, lakukan lewat satu pintu. Pintunya jelas dan tidak banyak jendela. Tarif-tarif ijin dan lamanya pengurusan ijin dibentangkan secara tuntas dan lugas. Biaya-biaya IMB dan pengurusan sertifikat tanah jelas. Mengurus sertifikat tanah cukup Rp. 50.000 saja. Tidak seperti dulu. Harganya bisa mulai gratis, karena dibentak dengan ketebelece, hingga ratusan juta rupiah. Itu katanya.

Relokasikan warga DKI yang masih hidup di tempat-tempat kumuh dan tidak layak. Di tempat-tempat yang dilanda banjir tiap tahun. Jangan biarkan mereka terlantar dan tidak diperhatikan negara di lahan-lahan minus yang tidak memiliki sistem pendukung kehidupan yang layak, yang pada akhirnya hanya menciptakan lingkaran kemiskinan yang abadi. Bisa yang dipinggir sungai, di atas sungai, di bawah jembatan dan di lahan-lahan tak bertuan.

Berikan mereka identitas DKI dan  pelayanan serta rumah yang lebih layak di rusunawa. Perbaiki sistemnya. Kalau ada yang teriak ada pelanggaran HAM, bilang saja, mana yang lebih melanggar HAM, membiarkan mereka di lingkaran kemiskinan bertahun-tahun atau menata kehidupan mereka di tempat yang lebih layak. Kalau ada yang protes yang tinggal di rusunawa itu, itu biasa saja. Pastinya ada penyesuaian. Kalau tidak mengerti juga, berikan sedikit piknik bagi mereka ke lokasi hunian tetap di kaki Merapi sana. Anda harus prihatin melihat rakyat di tempat kumuh selama tujuh turunan.

Terakhir, yang paling mantap dan merupakan jurus pamungkas, buat keributan dengan siapa saja yang mencoba menghalangi jurus-jurus di atas. Bisa lawan DPRD, bisa lawan BPK, bisa lawan siapa saja yang mencoba mengganggu. Kalau jurus ini berasal dari pengalaman penulis semasa kecil di kampung.

Untuk menangkap ikan disebuah kolam yang agak keruh, yang perlu dilakukan adalah mengaduk-aduk air sekuat-kuatnya. Lakukan putaran-putaran keras dan kuat untuk beberapa saat, dan niscaya ikan-ikan akan bermunculan karena mabok, dan dengan pasrahnya rela untuk ditangkap. Kalau tidak percaya, coba saja.

Pun demikian di DKI ini, buat keributan sekuat-kuatnya, maka para pencuri uang rakyat akan ketahuan, muncul ke permukaan, dan juga para pendukungnya. Dengan mudahnya mereka bisa dicokok. Untuk ini tentunya para penantang harus memiliki saraf sekuat baja. Kalau tidak, bisa pingsan di tempat.

Niscaya dengan melakukan berbagai jurus ampuh ini, dipastikan Ahok akan bisa dikalahkan dengan mudahnya. Tidak ada yang tidak cinta kepada sang penantang jika melakukan jurus-jurus yang disarankan untuk mengalahkan Ahok si biang keributan itu. Sejuta KTP akan mudah didapatkan. Para penantang, lakukanlah! Tapi sayang, belum bisa, karena belum jadi gubernur.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun