Mohon tunggu...
Rino Oke
Rino Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang karyawan biasa

Hanya sekedar menuliskan dan menyampaikan pandangan-pandanganku, serta mengeluarkan apa yang terpikirkan di keluangan waktu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Kita Semestinya!

22 Oktober 2019   11:18 Diperbarui: 22 Oktober 2019   14:13 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kita dahulu, di masa pra eksistensi, mempunyai peluang untuk memilih siapa yang layak menjadi orang tua kita?
Apakah juga kita mempunyai peluang untuk memilih agar di lahirkan di negara mana, di daerah mana, di kota atau desa mana?

Kita sama sekali tidak mempunyai peluang untuk itu. Kita menerimanya begitu saja.
Bagi yang beragama, ketentuan tentang siapa orang tua kita, di mana kita dilahirkan adalah sepenuhnya merupakan keputusan Tuhan, Yang Maha Kuasa.

Maka, mengapa kita begitu alergi terhadap keberadaan orang yang tidak sama dengan kita?
Tidak sama dalam hal orang tua.
Tidak sama dalam hal daerah dan negara, tempat kita dilahirkan, dan selanjutnya menjadi "stempel" warga negara.
Mengapa kita begitu alergi terhadap warga negara Amerika, Inggris, Australia, Belanda, terlebih lagi China.

Bukankah mereka sama dengan kita juga.
Berada di dunia ini begitu saja.
Ia tidak bisa menolak untuk dilahirkan oleh orangtuanya, dan di daerah serta negara asalnya.
Ia harus menerima begitu saja, sejalan dengan kehendak Tuhan, Yang Maha Kuasa

Bukankah kita ini beragama?
Agama islam, kristen, katolik, hindu ataupun budha?
Kita meyakini bahwa di dalam agama yang kita anut itu, ada ajaran agar kita berbaik sikap kepada semua manusia.
Pun bila manusia lain itu bersalah kepada kita, bukankah ajaran itu menganjurkan agar kita mengedepankan maaf ketimbang membalas kesalahannya.

Aku sendiri bukanlah ahli agama --agama manapun juga.
Aku hanya membaca sekilas kitab sucinya.
Via internet atau yang tercetak dalam format buku, di toko-toko buku ini terjaja
Misalnya, di kitab suci Matius 18; 21-35 di situ diceritakan bahwa Yesus berkata kepada Petrus agar ia memberi maaf kepada yang bersalah kepadanya 70 x 7 kali, bukan hanya 7x saja.

Di Al Qur'an pun dikatakan:
"Sampaikanlah kepada orang-orang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah (hari kiamat atau pembalasan)"
(Al Jatsiyah: 14)

Dikatakan juga dalam ayat lainnya demikian:
"... Maka, maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka. Sungguh, Allah amat menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(Al Maidah: 13)

Aku yakin pula,
Meski tidak aku cantumkan di sini, perihal apa yang ada di kitab suci agama Hindu dan Budha
Bahwa aktivitas memaafkan kesalahan ataupun kejahatan, orang lain akan dianggap perbuatan mulia.

Di sebuah situs internet aku membaca sebuah dialog antara Sang Budha dengan beberapa Dewa, dan Sang Budha berkata:
"yang mencapai Penerangan Sempurna adalah mereka yang penuh belas kasih terhadap semua Makhluk. Ia tidak melakukan kesalahan, tidak tersesat, tidak jatuh dalam kebingungan.  Ia Sang Bijaksana, selalu waspada, penuh perhatian."
Tidak akan ada kebencian dalam hati seorang Buddha.

Mari kita berdamai dengan hati kita sendiri, rendah hati dan berlapang dada.
Tidak semuanya dalam hidup, bisa memuaskan hati kita.
Begitu pula kita, tidak semuanya bisa kita puaskan.
Mari kita berikan doa yang terbaik, untuk kita semua beserta bangsa yang kita cintai ini..  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun