Membuka sebuah taman baca secara mandiri adalah sebuah anugerah dan juga tantangan dalam kehidupan bermasyarakat. Bukan sekadar mengajak anak-anak untuk mencintai buku dan rajin belajar, tapi juga harus bisa membuat anak-anak berkreativitas di taman baca. Taman baca menjadi salah satu tempat nongkrong yang asyik untuk anak-anak dan remaja di sekitar.
Taman Bacaan Bunga Kertas yang aku buka secara mandiri pada tanggal 18 Februari 2018, tentunya sudah melewati banyak hal, banyak proses, tantangan yang tidak mudah dan jatuh bangunnya membina anak-anak agar mau berkunjung ke taman baca.
Awalnya, semua berjalan dengan baik. Anak-anak datang untuk membaca buku dan belajar. Namun, tak sampai satu semester aku mendapatkan tantangan yang jauh lebih berat, yakni dunia digital.Â
Saat program pemerintah soal internet masuk desa sudah terealisasi, maka yang menjadi tantangan terberatnya adalah bagaimana bersaing dengan dunia digital. Bersaing? Aku rasa sulit jika buku fisik harus bersaing dengan gawai. Gawai jauh lebih menarik ketimbang buku-buku.
Tapi, aku tidak menyerah begitu saja. Dengan bantuan adikku, akhirnya aku juga memasang perangkat internet di taman baca. Karena, semua rumah yang ada di sini sudah memiliki akses internet dan anak-anak sudah asyik bermain di rumahnya masing-masing.Â
Sambil jalan, sambil belajar memahami tentang literasi digital yang aku sendiri belum banyak memahami sampai detail. Sehingga aku sendiri belum bisa mengaplikasikan dengan baik apa itu "Literasi Digital" di taman bacaku.
Seiring berjalannya waktu, di tengah kesibukanku sebagai ibu rumah tangga. Aku harus menyempatkan diriku untuk bisa berdiskusi dengan anak-anak yang datang.
Tentunya tidak mudah mengajak anak-anak belajar. Sementara, bermain game jauh lebih asyik ketimbang membaca buku.
Aku cukup lama memikirkan cara agar anak-anak tidak hanya sekedar bermain, tapi juga mau belajar. Mulai dari menggambar, bermain permainan tradisional, belajar dan lain-lain. Taman baca harus terkesan asyik untuk dijadikan tempat nongkrong yang positif. Agar anak-anak bisa terhindar dari pergaulan bebas dan sifat ugal-ugalan.
Akhirnya, aku mendapat sebuah ide untuk memberikan tugas pada mereka. Karena hampir semua anak memiliki akses ke dunia internet. Aku memposting soal latihan ke dalam blog pribadiku. Anak-anak yang berkunjung di taman baca akan mengerjakan tugasnya dan jawabannya ditulis dalam buku atau kertas.Â
Di sini, aku bisa mengaplikasikan beberapa literasi sekaligus. Yang pertama, literasi digital karena anak-anak diarahkan untuk mencari informasi dengan baik melalui internet. Yang kedua, literasi baca tulis karena selain membaca soal di internet, mereka wajib untuk menuliskan jawabannya langsung di kertas atau buku. Yang ketiga, literasi berhitung karena di dalam soal-soal latihan juga ada materi berhitung.