"Minum?" Roby menyodorkan sebotol air mineral saat aku bersandar di pagar balkon gedung lantai 3. Usai menggelar pagelaran, aku memilih untuk menyendiri.
"Selamat ya! Pertunjukkannya sukses," ucap Roby sembari menatap ke arah panggung yang mulai lengang.
Aku langsung menenggak setengah botol air mineral sebelum menanggapi ucapan Roby.
"Alhamdulillah ... aku lega semuanya berjalan dengan lancar. Aku deg-degan sepanjang acara." Aku menghela napas. Melirik Roby yang berdiri di sebelahku.
"Capek ya? Kerja kerasmu nggak sia-sia kok, Rin."
"Bukan aku, tapi kita semua."
"Ya, aku tahu. Tapi kalau nggak ada kamu, entah apa jadinya acara kita hari ini."
"Why? Aku nggak terlalu penting kali By, cuma main di belakang layar aja. Mereka yang hebat-hebat!" Aku tersenyum, ikut menatap panggung pertunjukkan yang baru saja usai.
"Penting, lah. Kalau nggak ada orang yang galak dan cerewet kayak kamu. Mungkin saja pertunjukkan kita kacau. Aku lihat sendiri kalau yang lain latihannya angin-anginan. Tunggu diteriaki dulu baru mereka mau serius. Belum lagi setiap masalah yang datang saat persiapan. Semuanya bisa kamu atasi karena sikapmu yang galak itu." Roby terkekeh.
"Emang aku galak?" Aku menatap tajam ke arah Roby.
Roby menggelengkan kepalanya. "Enggak, sih. Kamu mah baik. Peduli dan tegas. Mereka aja yang suka bilang kamu galak dan aku juga terbawa, hehehe."