Sekitar 60% pemilih pada pemilu 2024 adalah generasi z dan millennial, atau generasi pada usia 18-40 tahun. Mereka dikategorikan sebagai pemilih muda pada usia produktif. Itu artinya, generasi muda akan menyokong pemilu 2024 sebagai penentu kebijakan negara dalam politik praktis.
Kenyataan Pahit
Para calon presiden dan calon wakil presiden dapat memanfaatkan momen ini untuk mengedukasi para generasi muda agar lebih cerdas dan melek politik. Masih banyak generasi muda yang melihat politik sebagai sesuatu yang rumit, hal tersebut membuat para generasi muda kehilangan perhatiannya pada politik.
Sebenarnya kondisi generasi muda terhadap politik saat ini sangatlah beragam,
Daripada bergabung ke partai politik  banyak generasi  muda yang lebih memiih untuk bergabung ke organisasi pemuda. Ada generasi muda dalam lingkaran elit namun peran mereka untuk memperbaiki kebijakan undang-undang masih minor, sementara generasi muda diluar lingkaran politik merasa diacuhkan. Sebagian lainnya telah memiliki hak untuk memilih namun tetap cuek karena merasa siapapun pemimpinnya tetap saja tidak ada bedanya.  Masih ada generasi muda yang rajin menggelar perlawanan dan aksi protes jika merasa ada yang tidak beres.tapi banyak juga yang memilih diam tak bersuara.
Fakta dari litbang Kompas bahwa jumlah pemilih muda dari tahun ke tahun meningkat akan tetapi partisipasi anak muda di Lembaga pemerintah turun. Sebenarnya, fakta ini cukup mencemaskan. Banyaknya persepsi di kalangan generasi muda bahwa untuk bergabung ke politik praktis itu sulit. Karena biasanya mereka yang masuk ke partai politik adalah keturunan dari keluarga elit tertentu, punya modal kapital yang besar, atau punya modal sosial yang besar.
Persepsi tersebut menjadi salah satu alasan generasi muda memiliki kecenderungan apatis.
Generasi Muda Jangan Takut Bersuara
Kita harus melawan keapatisan itu dimulai dari diri sendiri. Praktik nyata melawan 'apatis' yaitu kita tidak boleh golput pada PEMILU 2024, namun kita juga harus memiliki strategi dalam memilih.
Kita harus bersih dari politik identitas. Kita harus berpikir kritis baru kemudian memilih dengan mengikuti kata hati.
Penting bagi generasi muda untuk tetap merasa bahwa suara kita berharga baik di bilik suara maupun di saat apapun juga. Negara punya kuasa, punya senjata, punya uang, namun kita juga punya suara. Cuma suara yang kita punya, namun suara itu sangatlah kuat. Suara dapat menentukan siapa yang akan memimpin Indonesia 5 tahun kedepan. Suara dari warga negara yang berdaya dan menunjukkan apa yang kita mau pun dapat membuat kuasa akan berbalik jadi milik kita.
Oleh karena itu, kita musti menanamkan pada diri masing-masing bahwa satu suara bisa membantu masa depan Indonesia. Kitalah yang menentukan siapa yang akan memimpin negeri ini, pilihan kita yang akan membawa Indonesia ini menuju kemajuan atau justru kemunduran.
Percayalah, kita generasi muda dapat menggunakan suara, dan daya kita untuk mengubah Indonesia lewat pemilu 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H