Merayakan imlek di negeri syariat?, apa boleh main barongsai, apa boleh bakar kembang api? Dan sederet pertanyaan lain. Di luar masih ada yang mempertanyakan hal itu. Padahal semua itu jauh dari yang mereka bayangkan.
Meskipun telah berlalu dua pekan, tapi nuansa romantismenya masih terasa, terutama harmonisasi masyarakat Aceh dan warga China Peranakan yang telah menjadi bagian dari warga Aceh.
Kebetulan saat perayaan itu saya sedang berjalan-jalan dengan keluarga di kota. Suasana sedikit lenggang karena deretan pertokoan tutup. Sebagian dari pemilik toko adalah warga china peranakan. Mereka selain menghabiskan waktu perayaan di Aceh sebagianya juga ke Medan atau negara tetangga seperti Singapura yang relatif dekat. Namun kemeriahan terasa di kawasan yang mayoritas ditinggali para pemukim warga China tersebut.
Dulu bahkan di gelar Festival peunayong, dengan lomba perahu naga, festival lampion yang memanfaatkan sepanjang jalan di Pasar Peunayong yang disulap menjadi semacam square yang bernuansa merah sebagai simbol kebahagiaan dan kemakmuran bagi warga Tionghoa.
Menurut saya ini sebuah fenomena menarik tentang keberagaman yang indah di negeri syariah. warga pecinaan di daerah peunayong, kampung mulia menikmati suasana imlek tanpa perasaan kuatir. Bahkan mereka merasakan sebuah harmoni yang indah.
Pemandangan yang selalu menyita adalah ketika pertunjukkan barongsai, dimainkan ada pemain abrongsai yang berjilbab. Mereka adalah China muslim yang masih mempertahankan tradisi berkeseniannya.
Bahkan daerah peunayong sebagai sentra ekonomi paling ramai di banda Aceh di era Keseultanan Iskandar Muda merupakan wilayah pelesiran yang selalu didatangi para tamu dari negeri asing dan bertalian erat dengan keberadaan para China peranakan di Aceh sebagai pelaku ekonomi.
Keberagaman yang Hangat
Keberagaman budaya di Indonesia, khususnya di Aceh, menjadi fenomena menarik yang menggambarkan bagaimana berbagai kelompok etnis dan agama bisa hidup berdampingan dalam suasana yang penuh harmoni.
Salah satu contoh nyata dari kerukunan tersebut bisa dilihat di kawasan Peunayong, sebuah kawasan yang terletak di Banda Aceh, yang dikenal sebagai sentra ekonomi yang ramai. Di daerah ini, Imlek, perayaan Tahun Baru Cina, bisa dinikmati dengan penuh kegembiraan dan tanpa kekhawatiran oleh warga keturunan Tionghoa, yang hidup berdampingan dengan warga Aceh yang mayoritas beragama Islam.
Imlek bukan hanya sekadar perayaan bagi warga keturunan Cina, tetapi juga menjadi simbol keberagaman yang mengikat semua elemen masyarakat, termasuk masyarakat Aceh.
Pada hari Imlek, kawasan Peunayong dipenuhi dengan suasana yang meriah. Warna-warni lampion, lonceng, serta kembang api menghiasi jalan-jalan. Pertunjukan barongsai, yang menjadi tradisi khas dalam perayaan Imlek, juga menjadi pemandangan yang menyita perhatian. Hal ini bukan hanya menunjukkan toleransi, tetapi juga menunjukkan bahwa nilai-nilai keberagaman yang ada di Aceh diterima dengan baik oleh semua lapisan masyarakat.
Peunayong yang Menyatukan Budaya