Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dari Tekanan Akademis Hingga Media Sosial; Jangan Abai Masalah Psikologis Keluarga

3 Februari 2025   21:16 Diperbarui: 3 Februari 2025   21:16 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anak dan tekanan akademis--sumber gambar kompaslifestyle

Di sekolah saya mencermati perubahan-perubahan kecil yang terjadi pada para siswa-siswa saya di kelas, yang tampak biasa namun sebenarnya kompleks. Siswa yang cenderung nakal di kelas, tak sepenuhnya disebabkan karena memang tabiatnya yang nakal.

Banyak persoalan yang kemudian muncul ke permukaan berasal dari masing-masing rumah yang terbawa ke sekolah, dan saya sadari sebagai tantangan yang semakin menguat sekaranga ini bagi para guru, selain tantangan tanggunjawab akademis.  Terutama para wali kelas yang interaksinya lebih intensif dengan siswa di kelasnya sendiri.

Pernahkah kita mencermati sendiri apa yang  semakin membuat kita tertekan saat ini?. Fenomena yang paling umum dijalani para orang tua adalah bekerja, memburu uang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang makin sulit dipenuhi.  Teutama ketika pendapatan kita bergerak daam deret hitung 1,2,3 dan seterusnya. Sedangkan kebutuhan untuk membuat kita tetap bertahan hidup dengan segala macam jenis kebutuhan harus kita penuhi bergerak seperti deret hitung, 2,4,6,8 dan seterusnya.

Namun yang tidak kalah menganggu tentu saja berbagai persoalan psikologis yang mau tidak mau harus kita pikirkan nyaris setiap waktu dan setiap hari.

Masalah psikologi yang paling krusial antara orang tua dan anak saat ini banyak berkaitan dengan banyak faktor yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, perubahan sosial, serta tekanan akademis dan sosial.

Tidak usah jauh, dalam rumah tangga masing-masing kita dalam beberapa dekade terakhir, telah mengalami perubahan yang signifikan, baik dari segi teknologi, sosial, maupun ekonomi. Perubahan ini jelas berdampak pada harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak, yang kini menghadapi tantangan psikologis yang semakin kompleks. Semua menjadi masalah krusial yang butuh perhatian serius.

Kita bisa menangkap trendnya yang sedang berkembang di masyarakat sekarang ini.

 anak yang mengalamai tekanan akademik--sumber gambar the asian parent.com
 anak yang mengalamai tekanan akademik--sumber gambar the asian parent.com

Tekanan Akademis Adalah sebuah problem yang makin menguat. Banyak orang tua berpikir bahwa kunci hidup bahagia dan sukses ketika anak-anak menjadi lebih pintar, sehingga mampu bersaing karena memiliki daya saing tinggi ketika harus hidup mandiri. Akibatnya sejak mula sekali anak mengenal sekolah, tekanan orang tua yang berharap para preferensi yang tinggi menjadi problem yang mau tak mau  bisa menganggu psikologis anak-anak mereka.

Banyak orang tua yang memberikan tekanan besar pada anak untuk mencapai prestasi akademis yang tinggi. Hal ini bisa menimbulkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi pada anak. Tuntutan untuk selalu menjadi yang terbaik di bidang akademik atau olahraga kadang mengabaikan kesehatan mental anak itu sendiri.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) pada 2020, sekitar 61% remaja melaporkan merasa stres karena tekanan akademis dan harapan orang tua. Tekanan ini tidak hanya menyebabkan kecemasan dan stres, tetapi juga meningkatkan tingkat depresi di kalangan anak-anak dan remaja. Anak-anak yang merasa tidak mampu memenuhi harapan orang tua sering kali mengalami rasa gagal yang mendalam, yang mempengaruhi rasa harga diri mereka.

Orang tua perlu menyadari bahwa kesehatan mental anak tidak boleh dikorbankan demi pencapaian akademis. Pendekatan yang lebih bijaksana adalah memberikan dukungan emosional, memahami kemampuan anak, dan mendorong mereka untuk berusaha sebaik mungkin tanpa menambah beban yang berlebihan.

Sebuah kasus seorang anak yang membunuh orang tuanya baru-baru ini ternyata didasari oleh sebab itu. Ia merasa harus menjadi yang terbaik, sehingga kehilangan waktu bermainnya, kehilangan kebebasannya sebagai anak-anak. Sehingga ia memilih solusinya sendiri dengan menghabisi orangtuanya ayng dianggap sebagai biang keladinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun