Ada yang menarik perhatian kita, terutama mungkin saya yang awam politik ketika mencermati kebiasaan para pasangan calon (paslon) mendaftar di hari terakhir pendaftaran.
Umumnya orang akan memanfaatkan kesempatan awal agar tidak beradu waktu dan tidak mepet persiapannya. Bahkan kalau kita mendaftar konser kita memilih saat early bird biar dapat diskon besar.
Tapi sebaliknya yang terjadi dalam dunia politik, contohnya seperti saat pilkada sekarang ini. Begitu hari H penutupan, maka seluruh kontestan langsung bersamaan mendaftar. Mungkin karena pertimbangan kesiapan yang telah matang, sehingga tidak ada kemungkinan tidak bakal lolos gara-gara urusan administrasi.
Fenomena ini bukan hanya soal kebiasaan, ternyata juga melibatkan banyak pertimbangan politik dan strategis yang mendalam. Banyak alasan-alasan di balik kecenderungan ini karena sangat berdampak terhadap proses Pilkada. Analisis ini tentu saja berdasarkan berbagai analisa pakar politik, yang bisa menjadi pembelajaran berpolitik dan berdemokrasi agar tidak buta politik.
Pertama; menurut para pakar, alasan itu juga berkaitan dengan strategi pengelolaan waktu dan sumber daya. Ternyata para calon dan timnya seringkali harus memastikan kesiapan administrasi dan dukungan politik sebelum mengambil keputusan final.
Jadi semakin lama, semakin memberikan banyak kesempatan untuk melengkapi semua dokumen, dukungan, dan persiapannya. Jika pendaftaran dilakukan lebih awal, calon mungkin menghadapi risiko perubahan kondisi politik atau masalah administrasi yang memerlukan penyesuaian mendadak.
Karena bisa saja muncul kebijakan baru akibat dari gesekan atau temuan kasus yang bisa menyebabkan paslon terkena dampaknya.
Kedua; alasan berikutnya yang juga menarik kita cermati adalah upaya untuk menghindari persaingan awal. Jika mendaftar di hari terakhir ternyata justru bisa menjadi strategi untuk menghindari persaingan awal.
Dengan menunggu hingga menit-menit terakhir, calon bisa mengurangi dampak dari calon lain yang mungkin sudah lebih dahulu melakukan pendaftaran. Ini juga memungkinkan calon untuk menilai peta politik dan mengetahui pesaing-pesaing utama sebelum membuat keputusan untuk maju. Dengan kata lain, calon bisa berstrategi lebih baik tentang kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri secara resmi.
Paslon bisa melihat kans dari masing-masing calon saingannya, melihat potensi dan titik lemahnya. Bahkan sebelum mendaftar, menyebut siapa pasangannya saja seringkali disembunyikan begitu rapat dan sering tidak terduga. Salah satu contohnya ketika PDIP memilih Pramono Anung, daripada memilih Anies. Pertimbangannya seringkali tidak bisa kita duga, sekalipun elektabilitas Anies untuk Jakarta bukan sesuatu yang baru.
Ketiga; bahwa dari sudut pandang media dan pengaruh publik, pendaftaran di hari terakhir ternyata da kaitannya dengan penggunaan strategi yang efektif, agar mendapatkan perhatian lebih dari media, sehingga calon yang mendaftar di hari terakhir bisa mendapatkan sorotan yang lebih besar. Ini memungkinkan calon untuk memanfaatkan momentum tersebut untuk mendapatkan perhatian publik dan menarik simpati pemilih. Selain itu, berita tentang pendaftaran yang mendekati tenggat waktu bisa menciptakan dinamika politik yang menguntungkan bagi calon tertentu.
Sehingga yang sering kita saksikan adalah pawai, konvoi yang ditujukan menarik simpati dan perhatian, tepat di hari terakhir. Mungkin jika terlalu cepat akan cepat terlupakan, dan akan jauh dari momentum waktu pemilihannya. Semakin terlambat semakin mudah diingat mungkin pameo anehnya begitu.