Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kunjungan Paus, Potret dan Pesan Keberagaman Kita Untuk Dunia

3 September 2024   22:31 Diperbarui: 3 September 2024   22:46 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang paling menarik menjadi isu pembicaraan, utama berkaitan dengan rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, adalah sudut pandang keberagaman kita.

Sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik, selama ini agendanya jauh melampaui ritual keagamaan yang parsial. Ketokohan dan konsistensinya dalam menyuarakan pesan perdamaian, toleransi, dan keadilan sosial menjadi salah satu daya tarik penting dalam setiap kunjungannya ke banyak negara.

Ketika kita kaitkan dalam konteks keberagaman negara kita, peristiwa ini tidak hanya akan memperkuat citra negara kita sebagai contoh harmoni antarumat beragama, tetapi juga berpotensi memberikan dorongan moral untuk memelihara dan merayakan pluralisme yang telah menjadi bagian integral dari identitas nasional.

Kebhinekaan kita dengan keanekaragaman agama dan budaya yang dimilikinya memiliki catatan penting yang bisa menjadi pembelajaran. Meskipun gesekan juga terjadi namun tidak berpengaruh luar biasa hingga menimbulkan kesenjangan atau perpecahan.

Memiliki lebih dari 17.000 pulau dan lebih dari 300 kelompok etnis, sebenarnya sebuah tantangan besar untuk bisa menyatukannya, dan negara kita menjadi contoh yang baik dalam wujud masyarakat yang hidup berdampingan meskipun memiliki perbedaan mendasar.

Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan laporan internasional seperti dari Pew Research Center, Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, tetapi juga rumah bagi komunitas Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan kepercayaan lokal yang terus berkembang.

Kunjungan Paus nantinya bisa menjadi pengakuan atas upaya Indonesia dalam merawat keragaman ini dan bisa menjadi simbol bagi upaya dunia dalam mempromosikan toleransi antarumat beragama.

Kunjungan paus/ sumber gambar kompas.com
Kunjungan paus/ sumber gambar kompas.com

Kunjungan Paus, Perdamaian dan Toleransi Keberagaman 

Keberagaman kita sering dipuji sebagai salah satu yang terbaik di ASEAN dan Asia. Konsep Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu jua," adalah fondasi dari integrasi sosial dan politik negara ini.

Begitupun, dibutuhkan upaya untuk terus merawat keharmonisannya karena, tantangannya juga tetap ada.

Laporan-laporan dari Human Rights Watch dan Amnesty International masih menunjukkan adanya kemunculan konflik antaragama dan isu-isu terkait intoleransi dalam skala kecil yang perlu diatasi dengan serius. Namun memang tidak menjadi blunder yang membahayakan, seperti di beberapa negara lainnya, khususnya di wilayah ASEAN.

Kunjungan Paus bisa dilihat sebagai peluang untuk memperkuat narasi positif tentang keberagaman di Indonesia. Paus dikenal karena pesan-pesan tentang persatuan yang sangat relevan dalam konteks Indonesia.

Secara terbuka selama ini Paus menentang segala bentuk diskriminasi dan kekerasan berbasis agama dan etnis, sehingga kedatangannya bisa menjadi dorongan bagi masyarakat Indonesia untuk lebih bersatu dan memperkuat nilai-nilai toleransi.

Harapan kita tentu saja kunjungannya itu membawa pesan yang memperkuat semangat persatuan dan toleransi di negara kita, untuk dibagikan kepada masyarakat dunia. Pesan-pesan tentang perdamaian dan keadilan mencakup ajakan untuk merangkul perbedaan sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Apalagi di tengah dinamika sosial yang terus berkembang, pesan ini bisa menjadi panduan bagi banyak pihak dalam mengatasi perbedaan dan konflik yang mungkin timbul.

Sebagai contoh, adalah perlunya kita fokus pada dialog antaragama dan penekanan pada hak asasi manusia. Kunjungan ini tidak hanya bisa menjadi platform untuk melanjutkan dialog tersebut, tapi dengan menyoroti bagaimana masyarakat Indonesia bisa lebih efektif mengatasi tantangan-tantangan terkait maslah keberagamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun