Coba perhatikan dengan baik dalam label kemasan makanan atau minuman yang kita konsumsi sehari-hari, mengapa gula tidak memiliki persentase AKG dalam kemasannya?.Â
Mungkin selama ini kita kurang jeli memperhatikannya, dan merasa lebih kuatir melihat kandungan lemak atau zat pengawet makanan ketimbang kadar gula dalam makanan yang kita konsumsi.
Nyatanya, konsumsi gula kini memiliki prevalensi sebagai pemicu beberapa jenis penyakit kronis yang mengkuatirkan secara kesehatan seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung, terutama jika dikonsumsi berlebih. Fakta juga berbicara bahwa konsumsi gula masyarakat Indonesia saat ini telah berada di atas batas aman, berkisar 57 gram per hari.
Padahal idealnya batas wajar konsumsi gula dalam sehari berkisar antara 25 gram - 37,5 gram. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa menyarankan agar asupan gula orang dewasa sebaiknya tidak lebih dari 25 gram dalam sehari!.
Jika begitu besar kekuatiran kita, mengapa penyematan label gula tidak diperlakukan seperti halnya kandungan lain seperti lemak dan lainnya yang bisa memicu penyakit. Apakah ini juga yang mendasari kemunculan wacana label gula yang mencuat dalam ruang diskusi publik saat ini?.
Setiap makanan dan minuman dalam kemasan semestinya penting dilengkapi dengan informasi nilai gizi atau nutrition facts pada kemasan. Informasi nilai gizi merupakan label yang mencantumkan keterangan mengenai nilai atau kandungan gizi dari produk dalam kemasan tersebut.Â
Label nutrisi ini berguna sebagai panduan bagi konsumen sebelum membeli atau menggunakan suatu barang. AKG merupakan nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang standar bisa dikonsumsi oleh tubuh kita setiap harinya.
Dalam tabel AKG, umumnya akan tercantum kebutuhan gizi yang meliputi angka kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin, dan mineral yang dianjurkan (per orang per hari). Label nutrisi mencantumkan semua kandungan atau nilai gizi dari suatu produk disertai persentase AKG.Â
Nah, uniknya, dalam setiap makanan atau minuman kemasan yang mengandung gula, kadar gula seringkali hanya dicantumkan dalam gram tapi tidak disertai persentase AKGÂ seperti yang lainnya.Â
Rupanya alasan yang paling mendasar secara medis karena gula bukanlah zat gizi yang esensial. Artinya kita masih mungkin bisa hidup tanpa memakan gula. Bahkan selama kita makan karbohidrat, tubuh kita akan mampu membentuk gula dari karbohidrat tersebut. Gula sendiri adalah karbohidrat yang struktur kimianya paling sederhana.