Datang nugas tapi pesannya cuma minum segelas agaknya sudah seperti "pameo" atau barangkali "prinsip", layaknya prinsip ekonomi yang sudah kita kenal sejak lama, "modal sedikit untung banyak". Menikmati coffee shop, warkop ber-wifi cuma bermodal kopi pancong---kopi kental setengah cangkir.
Tentu saja masalah finansial menjadi pertimbangan utama saat kita memanfaatkan ruang di coffee shop atau kedai kopi langganan disekitar kampus atau tempat kerja. Tapi bagaimana dengan si pengelolanya, apa tidak menjadi masalah dan dirugikan?
Memang strategi yang digunakan para pemilik coffee shop adalah dengan menyediakan jaringan wifi yang kencang, ruang yang luas dan nyaman, dengan sediaan meja-kursi pungunjung yang banyak, dan memanfaatkan turn over (perputaran atau sirkulasi) jumlah pengunjung yang besar tersebut. Banyak kafe kini buka 24 jam!
Nah bagi pengunjungnya sendiri, meskipun dimaksudkan untuk mendapatkan suasana baru agar tidak membosankan, dan fokus agar hasilnyanya optimal, namun durasi waktu yang tidak singkat juga akan berkonsekuensi pada "kantong atau dompet" kita sebagai pengunjung, karena harus membayar ekstra. Sehingga harus dicermati pengeluarannya.
Konon lagi bagi mahasiswa perantau yang pengeluarannya harus dikalkulasi dengan cermat, agar tak pesta di awal bulan dan puasa di akhir bulan. Jadi bagaimana sebaiknya agar tak masuk dalam jebakan tersebut?
Butuh tapi juga rusuh jika harus bayar mahal untuk semua kenyamanan yang kita dapatkan. Ataukah memang begitu sejatinya, kenyamanan butuh pengorbanan? Agar sama-sama tak dirugikan---anggap saja "simbiosis mutulis", kita butuh mereka, mereka juga butuh kita, sama-sama dapat manfaat.
Penting juga mencermati strategi agar kantong tak terkuras disatu sisi dan strategi lain tentu bagi si pengelola ruang usaha agar tetap bertahan usahanya (going concern).
Tips Mainkan Ruang Komersial Tanpa Menguras Kantong
Atmosfer di coffee shop memang berbeda dengan ruang kerja konvensional. Musik yang sedang diputar, aroma kopi yang menggoda, serta kehadiran orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing menciptakan suasana yang dinamis namun juga santai. Sebagian orang merasa terbantu dan menjadi lebih terinspirasi dan produktif dibandingkan di rumah atau kantor.
Tidak hanya itu, coffee shop juga menjadi tempat bertemu dengan teman atau kolega untuk diskusi informal. Ini memberikan nuansa sosial yang membuat waktu terasa lebih menyenangkan dan tidak terlalu monoton.
Agar tak bermasalah secara finansial, namun pekerjaan juga tetap bisa kelar, paling tidak kita harus pasang strategi;
Cari Tempat yang Nyaman dan "Aman Finansial" Buat Nongki atau Kongkow.