Ada yang menarik saya temukan di masjid kampus Universitas Syiah Kuala (USK) dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN Ar-Raniry), pelaksanaan program kurban bertajuk Green Kurban.
Penasaran, saya berusaha mencari tahu lebih jauh, apa daya tarik yang ingin dibagikan kepada para calon donatur ternak kurban agar bersedia ber-kurban di masjid kampus.
Apakah ini hanya sebuah trend baru saat perayaan Hari Raya Idul Adha tahun ini saja, atau akan menjadi bagian dari kampanye pembelajaran yang penting bagi masyarakat yang nantinya akan dilaksanakan secara berkelanjutan.
Meskipun sejatinya kurban merupakan bagian dari rangkaian ibadah dalam rangka hari raya Idul Adha atau Hari Raya Haji, ternyata tak bisa dilepaskan dari peran marketing untuk memancing daya tarik para jamaah untuk menyumbang ternak kurban.
Idul Adha, momen penuh makna bagi umat Islam untuk menunaikan ibadah kurban. Di balik kesuciannya, terdapat pula aspek lingkungan yang tak boleh luput dari perhatian.Â
Tradisi kurban, dengan penyembelihan hewan kurban dalam jumlah besar, tak jarang menghasilkan limbah yang cukup mengganggu lingkungan, inilah yang menjadi fokus dari Program Green Kurban.
Nah, di sinilah Green Kurban hadir sebagai solusi inovatif dan ramah lingkungan seperti dituturkan Ilham salam seorang pengurusnya. Konsep ini sekaligus menjadi cara mengajak masyarakat untuk berkurban dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Memangnya apa yang membedakan Green Kurban dan Lainnya?
Sampah dari proses pengeloaan ternak kurban adalah salah satu problem yang memang selalu menjadi masalah. Sehingga Green Kurban difokuskan untuk mendorong pemanfaatan maksimal hewan kurban, mulai dari daging, tulang, kulit, hingga organ dalam. Hal ini meminimalkan sampah yang dihasilkan.
Pengolahan limbahnya diolah dengan cara yang ramah lingkungan, seperti dikumpulkan dan diproses menjadi kompos atau biogas sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Limbah ternak kurban juga bisa mendukung pemberdayaan ekonomi karena membuka peluang bagi masyarakat dan komunitas lokal untuk terlibat dalam pengelolaan limbah hewan kurban, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi. Misalnya, kulitnya sebagai bahan baku pembuatan kerupuk Jengek atau kerupuk kulit yang produknya banyak di jual di kampus sebagai snack pendamping nasi.
Di dalamn program green kurban, panitia juga melakukan berbagai edukasi berkaitan dengan pemilihan hewan ternak yang aman dan sehat sesuai dengan standar syariah dan kesehatan yang diperuntukkan untuk kurban.
Panitia kurban juga menyiapkan Juleha- Juru Sembelih Halal, tenaga ahli untuk membantu proses penyembelihan dan pengeloaan kurban sesuai jaminan syariah. Juleha yang terlatih dan bersertifikat untuk memastikan proses penyembelihan hewan kurban dilakukan dengan cara yang halal dan sesuai syariat Islam.