Sebenarnya saat ibu dan bapak berangkat untuk keperluan mengurus studinya, beliau sudah berpesan untuk membeli makanan siap saji untuk kami di rumah. Sebagai "kepala keluarga" dadakan saya pikir semuanya akan baik-baik saja. Apalagi kita bisa memesan berbagai jenis makanan siap saji yang kini banyak di jual bebas.
Tapi setelah berjalan seminggu kebosanan mulai menggejala, setiap makanan siap saji selalu tersisa, akibatnya bukan hanya saya dan adik-adik yang menikmati makanan tapi juga kucing dan ayam yang porsinya lebih  banyak.
Setelah itu barulah saya teringat jika di dapur telah "dilengkapi" dengan banyak resep masakan yang biasa dimasak ibu. Resep ditempel seperti bendera hiasan perayaan tujuh belas agustusan, di lemari dapur hingga ke kulkas yang di tempel magnet.
Maka setelah disepakati untuk pertama kalinya di hari ketujuh kami mulai memasak makanan berdasarkan resep spesial yang ditinggalkan ibu di dapur.
Meskipun terlihat mudah seperti nasi goreng, hingga cah kangkung dan soto tapi saat pertama kali membuatnya terasa sangat ribet dan membuat dapur berantakan. Belum lagi persiapan membuat bumbunya.
Menyiapkan Masakan Lebaran Sendiri
Hingga menjelang malam lebaran, adik-adik mulai kebingungan, apakah lebaran kali ini mereka akan bisa menikmati semua jenis masakan yang biasa dimasak ibu?.
Saya justru merasa biasa-biasa saja bahkan berencana membuat sebuah surprise atau kejutan. Saat hari Mak Meugang lebaran, saya juga ikut berburu daging bagus.Â