Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mengajak Diet Sampah Saat Ramadan, Dari Monster Bin Hingga Bawa Perangkat Makan Sendiri!

31 Maret 2024   12:46 Diperbarui: 31 Maret 2024   14:02 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kali saya diundang bukber oleh mantan siswa yang kini telah lulus. Sebagian masih kuliah, sebagian lainnya telah menjadi pekerja profesional di banyak bidang, salah satu yang menarik perhatian dari acara Buka Bersama atau Bukber adalah banyaknya sampah yang dihasilkan.

Dalam sekali acara yang saya hadiri di Universitas Kopi saja, lebih dari satu acara bukbernya. Setiap orang yang hadir disuguhi air minum dalam kemasan ukuran sedang. 

Untuk undangan yang saya hadiri saja ada 200 orang. Dengan porsi sajian bukbernya, AMDK sedang, teh dingin atau jus dalam kemasan gelas plastik, dan makanan yang dikemas dalam sterefom ukuran besar, lengkap dengan sterefom kecil untuk sajian takjilnya.

Agaknya dengan intensitas bukber yang banyak dilakukan, untuk mengejar kepraktisan banyak warung, kafe pengelola bukber menggunakan perangkat makan yang instan dan tak perlu di rawat kembali usai acara.

Maka usai bukber, tong-tong sampah ukuran besar yang tersedia di sekitar kafe dalam sekejap dipenuhi dengan sampah plastik. Namun pihak pengelola kafe menurut yang saya tahu bekerjasama dengan para pegiat lingkungan yang menyortir sampah plastik untuk didaur ulang. 

Ini sebuah hal menarik. Mengingat bersama para sahabat LSM yang tengah mengagas tentang pemanfaatan sampah daur ulang, saya pernah mengajukan gagasan tentang mengumpulkan donasi buku melalui pengumpulan sampah plastik.

Plastik yang ada di kafe atau warung yang menjadi teman atau rekanan akan mengumpulkan sampah plastiknya dan teman-teman dari LSM yang fokus akan memanfaatkan limbah untuk dapat ditukar buku akan menyortirnya dan bekerjasama dengan para pengepul.

Uang hasil penjualan itulah yang nantinya akan di jadikan buku. Ide tentang ini sebenarnya berasal dari saya dan suami yang kebetulan pernah bekerja di sebuah NGO konservasi lingkungan.

Gagasan lainnya adalah bekerjasama dengan kafe-kafe di Banda Aceh untuk menyediakan sebuah bin atau tempat sampah khusus plastik yang didesai secara menarik, berikut kampanye tentang donasi sampah plastik yang akan ditukar buku.

Meskipun masih terbatas idenya, namun gagasan dalam bentuk yang berbeda pernah kami wujudkan di sekolah. Tempat sampah disekolah kami dekorasi dan diberi nama "Monster Bin".

Gagasan ini pernah kami ikutkan dalam sebuah lomba hari lingkungan yang dilaksanakan oleh DLHK3 Banda Aceh dan mendapat juara pertama.

Jadi si monster pemakan sampah ini setiap hari akan melahap sampah plastik yang akan kami manfaatkan untuk didaur ulang atau di kumpulkan kepada para pengepul di Gampong Jawa di daerah Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sebagian sampah plastik didaur ulang menjadi pecahan plastik yang dikirim ke produsen yang akan mengolahnya kembali menjadi produk yang berbeda. Sisanya menjadibarang kerajinan untuk tugas disekolah dalam program. Project Kurikulum Merdeka (kurmer) di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun