"Anakku adalah harta kekayaan bagiku--Annakon Hi Do Hamoraon Di Au," begitu Borkat selalu menguatkan hati setiap kali menceritakan bagaimana keras usahanya agar anak-anaknya tak seperti dia nasibnya, dengan menyebut peribahasa Batak.
Borkat bekerja sebagai buruh angkut di Pasar Sikodok,Padangsidempuan. Begitupun tekadnya menyimpan harapan agar anak-anaknya sukses nantinya, meskipun harapannya itu tidak mudah.
Kisah Borkat hanya satu dari puluhan kisah para dhuafa yang diangkat Dr.Darwin Zahedy Saleh dalam buku Potret Dhuafa Perekonomian Indonesia, Dalam statistik, ide,dan terapan.
pustaka rumah, saya menemukan beberapa buku menarik. Entah mengapa selama ramadan, bacaan yang berkisah tentang orang-orang kecil tapi dengan hati dan tekad yang kuat menarik menjadi pengisi waktu menjelang berbuka.
Saat membongkar lemariBuku Darwin menjadi pilihan saya yang pertama. Ini bukan buku berat menurutku karena meski memang bercerita sedikit banyak tentang filantropi tapi juga menyisipkan bab khusus di bagian 2 buku tersebut,yang menceritakan kisah puluhan para dhuafa tapi dengan tekad yang kuat untuk berubah.
Kedermawanan atau Filantropi adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal.
Ini menjadi kisah pencerah yang menarik, seperti kisah Borkat buruh angkut di pasar yang tak mau anak-anaknya bernasib kurang beruntung sepertinya. Ia ingin anaknya bersekolah tinggi dan menjadi orang hebat, tak seperti dirinya.
Kisah Dhuafa yang Inspiratif
Buku ini memang berisi sejumlah potret dhuafa, yang bekerja di sektor informal. Mulai dari pedagang kaki lima, perajin industri rumah tangga, dan lainnya.
Kisah yang diangkat menceritakan pergulatan mereka melawan takdir nasibnya yang kurang beruntung tapi dengan cara-cara yang positif dan halal.
Kedhuafaan atau ketidakberdayaan dalam hidup, adalah bagian terbesar rakyat kita sebagai gambaran riil di negeri ini, tengah dinamika keberhasilan pembangunan kita.
Akan tetapi angka-angka statistik makroekonomi semacam itu menurut Darwin juga memiliki karakter seperti potret.
Untuk menafsirkannya, setiapindikator harus dirangkai untuk bisa memberikan gambaran hidup yang lebih realistis. Fenomena kemiskinan dan kedhuafaan dalam perekonomian kita masih terlihat seperti puncak gunung es. Hanya tampak permukaannya saja, namun sebenarnya di bawah permukaan sangt komplek masalahnya.
Itulah mengapa meski angka resmi tentang kemiskinan yang dikeluarkan Pemerintah menunjukkan tingkat kemiskinan yang semakin rendah, namun nyatanya jumlah kaum miskin yang menjadi target bansos pemerintah meningkat hampir dua kali lipat.
Fakta ini menunjukkan bahwa angka kemiskinan yang sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang BPS yang dikeluarkan pemerintah.
Temuan dari Darwin dalam buku ini, banyak mereka yang tidak tergolong miskin menurut versi BPS. Padahal jika menggunakan model atau teori pakar ekonomi peraih nobel Amartya Sen maupun Ragnar Nurkse yang populer dengan temuannya tentang Teori Lingkaran Kemikinan.
Meski angka pengangguran dinyatakan pemerintah terus menurun karena terciptanya lapangan kerja, namun berasal dari sektor informal skala kecil yang lebih mencerminkan usaha swadaya jutaan tenaga kerja berpendidikan rendah untuk bertahan ius, dengan cara apa saja.