Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belanja Baju Preloved Atau Thrift untuk Lebaran, Solusi Atasi Fast Fashion Konsumtif dan Fashion Waste?

25 Maret 2024   12:57 Diperbarui: 27 Maret 2024   17:10 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bajunya bagus-bagus, branded lagi. Harganya juga nggak bikin kantong kempes. Lagian siapa sih yang tau, baju kita bekas atau nggak sih". Paling tidak itu yang sering kita dengar jika kita memikirkan alternatif memilih baju thrift atau preloved.

Apalagi munculnya perilaku konsumerisme yang paling mencolok salah satunya yaitu fear of missing out atau FOMO yang tak mau ketinggalan, ketika melihat orang lain dengan kehidupan yang lebih baik daripada dirinya.

Entah untuk keperluan harian atau hari khusus seperti lebaran. Apalagi dalam situasi ekonomi sulit seperti sekarang ini. Mau tidak mau, baju branded dengan kondisi bagus meski seken bisa saja dilirik.

Mungkin benar seperti asumsi banyak orang yang pernah membelinya atau memang selama ini memanfaatkan thrift sebagai solusi mendapatkan baju bagus dengan harga murah.

"Yang penting kita pandai milih dan merawatnya", itu kata teman yang biasa berlangganan baju thrift di lingkungan kampus yang mulai bermunculan thrift shop. 

Apalagi untuk kalangan mahasiswa yang selalu beraktifitas di kampus dan butuh banyak pakaian. Jika ada yang menawarkan dengan harga miring, tentulah itu menjadi pilihan. Apakah ini juga solusi alternatif frugal living?.

Tapi berita yang simpang siur di media soal higienis dan kesehatan, serta legalitas barang thrift membuat tak sedikit orang menjadi was-was dan kuatir. Jika tak berurusan dengan masalah kesehatan tentu saja berurusan dengan barang "ilegal". Benarkah thrift dan preloved masuk kategori barang ilegal?.

Mengapa keduanya diatur ketat dan dianggap biang masalah, termasuk  kaitannya dengan industri garmen di dalam negeri?.

Ilustrasi belanja pakain di thrift shop |  sumber gambar katadata.co.id
Ilustrasi belanja pakain di thrift shop |  sumber gambar katadata.co.id

Kenali Dulu Preloved dan Thrift

Daripada bingung soal kesehatan atau legalitas, pahami dulu dasarnya. Dalam dunia bisnis jual beli barang, preloved artinya barang yang dijual kembali dalam kondisi bagus dan prima.

Barang preloved dianggap berbeda dengan barang bekas, karena biasanya barang yang dijual preloved memiliki kondisi yang mirip dengan kondisi baru, namun dibanderol dengan harga yang lebih terjangkau.

Preloved artinya istilah dalam jual beli barang yang memiliki makna dengan secondhand. arti preloved berkaitan dengan barang yang dimiliki seseorang namun dijual kembali. Namun berbeda dari barang bekas pada umumnya, preloved cenderung memiliki kualitas lebih bagus.

Biasanya barang preloved artinya koleksi pribadi dari si pemilik. Meskipun begitu, masih banyak orang yang mengartikan preloved dengan barang bekas atau garage sale. Tentu saja, kedua istilah tersebut, preloved dan garage sale ini berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun