Aceh tak merayakan malam tahun baru dengan kembang api. Mungkin saja menjadi kota satu-satunya di Indonesia yang tak merayakan malam pergantian tahun itu. Namun kota tetap ramai dipadati warganya karena masih dalam suasana liburan panjang.
Tak berbeda dari tahun sebelumnya, BandaTak seperti tahun sebelumnya, tahun ini memang sama sekali tak ada perayaan dengan menyalakan kembang api. Bukan itu saja, Pemerintah juga telah melakukan himbauan agar tak ada aktifitas merayakan tahun baru tersebut, termasuk dengan malarang para penjual kembang api dalam semua jenis dan bentuknya.
Tapi himbauan itu tak mengurangi ramainya kota saat malam tahun baru. Keluarga-keluarga menikmati makan malam diluar sambil menikmati  suasana kota di malam hari. Dan memang selama liburan, animo masyarakat untuk berjalan-jalan meningkat.
Sementara di kampus-kampus semakin lenggang karena masih dalam suasana liburan semester, dan mereka akan aktif kuliah kembali pada akhir Januari 2024 mendatang.
Malam Pergantian Tahun Tanpa Perayaan
Kebijakan tak merayakan tahun baru 2024 dan tahun-tahun sebelumnya dimulai sejak muncul aturan Walikota yang melarang segala bentuk perayaan tahun baru.Â
Hal ini berkaitan dengan kebijakan syariah yang telah menjadi aturan sejak lama, sekaligus menjadi identitas dan ciri khas Aceh. Keisrtimewaan tentang syariah telah diatur dalam Qanun atau peraturan daerah yang khusus.
Sebagai gantinya, aktifitas para remaja di Aceh dialihkan dalam bentuk Muhasabah atau malam refleksi. Alternatif ini dipilih sebagai cara agar para remaja tidak ikut merayakan malam tahun baru tersebut.
Kebijakan yang ditempuh untuk melarang perayaan tahun baru di Aceh tidak frontal, tapi melalui tahapan-tahapan penyesuaian . Namun tidak ada larangan bagi warga keturunan dan warga non Muslim lainnya jika ingin merayakan.
Pada malam tahun baru, masjid-masjid di Aceh menyelenggarakan muhasabah dan kajian. Sejak sore pengunjung telah memenuhi titik-titik dimana masjid menyelenggarakan acara tersebut. Terutama Masjid Raya Baiturrahman. Mesjid utama di Aceh dan yang terbesar.
Jalanan sempat macet sejak pulu 16.00 wib, sore hingga menjelang dilaksanakannya shalat Maghrib pada pukul 18.45.Â
Dan usai shalat, areal halaman Masjid Raya Baiturrahman yang luas dengan payung-payung raksasa dan dilengkapi kipas angin berpedingin gan keramik yang sejuk, menjadi area rehat dan bermain anak-anak bersama keluarga, sambil mengisi malam tahun baru.
Sementara di titik utama di Pusat Kota, terutama di Simpang 5 Banda Aceh, semakin malam suasana semakin ramai. Kami sempat terjebak dalam kemacetan yang mengular hingga mencapai 1 kilometer. Karena jam waktu kepulangan kami dari area wisata bersamaan dengan jam traffick tersebut.
Satu-satunya cara lolos dari jebakan kemacetan malam tahun baru, adalah dengan memanfaatkan GPS dalam firur  ada di dalam gadget yang kita miliki. Â
Sepanjang jalan dari area wisata yang menjadi salah satu agenda liburan kami di pantai, para petugas polisi telah berjaga mengarahkan antrian lalu lintas, termasuk dengan mendirikan posko pengaduan yang berada dititik tertentu, terutama di area wisata.