keluarga besar yang berjauhan dan bahkan sering saling tidak mengenal. Rasa keterasingan itu bisa di lunakkan dengan membangun sebuah hubungan yang unik layaknya hubungan sahabat. Begitu juga sebaliknya yang bisa terjadi, sahabat baik kemudian berubah menjadi keluarga.
Tak jarang kita memerlakukan sebuah hubungan menjadi begitu unik. Banyak dari kita menjadi bagian dariBelum lama berselang saya menonton sebuah video eksperimen sosial yang sangat menyentuh hati. Si pria pembuat konten bersama beberapa temannya menemui seorang ibu tua pedagang kaki lima di pinggiran jalan, setelah berbasa-basi, ia memborong seluruh dagangannya, agar punya alasan untuk segera meminyanya pulang.
Dan dikesempatan itu juga pria muda itu meminta izin mengantarkan si ibu tua pulang. Mereka baru bisa menyadari bagaimana kesepiannya  si ibu tua karena memang tinggal seorang diri, di rumahnya yang lumayan besar. Ketika hendak pulang si pria muda ini memberikan beberapa hadiah makanan. Tapi ditolaknya oleh si ibu tua dengan alasan, tak akan ada yang memakannya karena ia hanya seorang diri.
Dengan perasaan galau si pemuda ini akhirnya memutuskan untuk singgah lebih lama, membersihkan rumah dan memasak agar mereka bisa makan bersama. Ketika akhirnya mereka pulang, si ibu tua menangis dan bilang jika ia merasa sangat bahagia karena ada yang menemaninya makan hari ini.
Penonton bisa merasakan bagaimana kesedihan seseorang yang menghabiskan masa tuanya sendirian tanpa siapapun di rumahnya.
Cerita ini kemudian relate dengan pengalaman saya dengan anggota keluarga besar yang berjauhan, tapi kemudian terhubung secara virtual menjadi seorang "teman tapi juga saudara". Mengapa begitu?.
Menurutku ini adalah sebuah bentuk hubungan-relationship yang unik. Mungkin sebagian dari kita punya silsilah keluarga besar. Sebagiannya terhubung secara langsung dan sebagiannya bukan hanya tak terhubung, tapi ternyata juga menjadi "orang asing" bagi kita.
Saya menyadarinya ketika salah seorang anggota keluarga ternyata memiliki daftar silsilah keluarga, dari sebelumnya hanya berupa daftar seperti diagram, dengan kecanggihan teknologi komunikasi, akhirnya bisa ditelusuri satu persatu, dan dikonfirmasi hingga bentuknya menjadi "saudara virtual".
Dari ratusan, hingga hampir seribuan anggota keluarga yang ada, sebagian besarnya tentu saja asing. Bahwa ternyata ada anggota keluarga kita yang berada di banyak negara lain, menjadi orang penting hingga atase kedutaan, menteri, pengusaha besar. Dan tak sedikit yang bermukim di luar negeri sebagai warganegara asing, dan berwajah "bule".
Ketika kemudian kami menjalin silaturahmi, kami merasakan kesannya justru bukan sebagai saudara-begitulah persisnya yang saya rasakan karena sama sekali asing. Jadi rasanya seperti "teman".
Memang secara psikologis tipe persahabatan atau hubungan sosial menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bisa saja bentuknya seperti persahabatan Asosiatif, umumnya terbentuk karena kebersamaan dalam aktivitas atau lingkungan tertentu. Seperti  teman sekelas yang umum dialami hampir sebagian besar orang.
Sehingga bisa terkoneksi ketika saling bertemu, seperti ketika Barack Obama kecil bersekolah di Menteng, kemudian teman sekelasnya bisa berkomunikasi dengan Obama, meski kemudian menjadi Presiden negara adidaya Amerika Serikat.
Tapi bisa berwujud persahabatan resiprokal yang didasari hubungan yang lebih mendalam. Hubungan ini didasarkan pada saling pengertian, dukungan, dan rasa saling percaya. Persahabatan resiprokal melibatkan pertukaran emosi dan perasaan secara mendalam, sehingga hubungannya lebih intim dan erat.