Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dari Sahabat Menjadi Keluarga

30 Juli 2023   12:31 Diperbarui: 26 Agustus 2023   21:15 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sahabat yang menjadi keluarga-suara.com

Namun, seperti halnya dalam persahabatan konvensional, membangun dan mempertahankan persahabatan virtual dalam kerangka hubungan keluarga juga memiliki tantangan. Salah satu tantangannya adalah menjaga kualitas komunikasi dan interaksi yang intim.

Terkadang, terlalu banyak informasi yang bersifat dangkal dan kurangnya interaksi langsung bisa membuat hubungan terasa renggang. Oleh karena itu, penting untuk mengalokasikan waktu dan usaha untuk berkomunikasi secara lebih mendalam dan menciptakan momen yang berarti, seperti mengadakan pertemuan virtual keluarga secara berkala.

Tantangan lainnya adalah mengenali dan mengatasi misinterpretasi atau konflik yang mungkin muncul dalam komunikasi virtual. Dalam konteks digital, pesan dan emosi dapat dengan mudah disalahartikan tanpa ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengutip dengan benar dan memberikan klarifikasi jika ada ketidakjelasan.

Menepis Fenomena Kodokushi Dalam Keluarga Besar

tinggal sendiri sebuah pilihan atau rusaknya hubungan (rukita)
tinggal sendiri sebuah pilihan atau rusaknya hubungan (rukita)

Kodokushi secara khusus mewakili situasi di mana seseorang meninggal tanpa dapat meminta bantuan. Istilah terkait termasuk kematian soliter yang digunakan publik, dan kematian soliter yang hanya mengacu pada situasi di mana orang yang menyendiri sekarat di rumahnya "Lonely death" diciptakan oleh media pada tahun 1970-an ketika penuaan menjadi masalah di Jepang.

Didunia ini banyak orang yang hidupnya berakhir menyendiri karena memang tak lagi memiliki keluarga terdekat atau tak ada lagi komunikasi dengan keluarga jauh lainnya.

Dan jika ini terjadi pada keluarga besar kita, sebenarnya juga patut disayangkan. Karena tak semua anggota keluarga besarnya tak peduli padanya, mungkin ada yang senasib, atau berada dalam situasi yang kurang lebih bisa saling melengkapi. Intinya masih tetap ada kepedulian.

Salah satu yang paling menarik dari pengalaman persahabatan virtual dalam kerangka keluarga adalah bahwa melalui platform digital, keluarga yang berjauhan dapat tetap terhubung secara real-time. Terutama komunikasi yang bisa menjembatani anggota keluarga yang kini tinggal terpisah sendirian tanpa anggota keluarga karena faktor kematian atau berpisah, dan hidup menyendiri seperti fenomena Kodokushi.

Hubungan yang terjalin meskipun awalnya melalui persahabatan virtual, bisa mengurangi rasa rindu dan kesepian diantara para keluarga yang membutuhkan, karena mereka dapat saling berbagi cerita, pengalaman, atau bahkan masalah sehari-hari.

Ini adalah salah satu bentuk hubungan sosial yang menarik untuk kita kaji ulang. Membangun silaturrahmi diantara anggota keluarga besar meskipun hanya secara virtual, dan dimulai dari bentuk persahabatan virtual, karena sama-sama asing bisa menjadi perekat  terjalinnya kekeluargaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun