Sepulang dari jalan-jalan sore berdua, melepas penat setelah seminggu kerja, memilih tempat ngopi yang tak biasa, berbaur dengan kebisingan dan geliat kota dengan secangkir kopi saring kental, inspirasi tiba-tiba berhamburan.
Entah kenapa kepingin menulis tentang kopi. Bisa jadi karena selama pandemi kopi sudah seperti candu. Beraktifitas tanpa kopi jadi tidak terasa seru. Jadi kepikiran pasti seru jika nulis tentang kopi juga. Sepulang dari jalan-jalan ngopi, tulisan ini, lantas diracik serius dengan ditemani secangkir kopi Arabica Ulhe Kareeng yang kental, "meskipun" cuma kopi sachet!.
Pernah dengar apa kata para pecandu kopi yang bilang, “kopi itu digiling, bukan digunting”?. Sebagai orang awam dalam urusan per-kopian, saya menebak pernyataan itu pastilah dimaksudkan, bahwa menikmati kopi semestinya di kedai kopi, tidak sendirian, dan menunya pastilah berupa kopi giling asli yang langsung disaring, bukan kopi sachet!.
Meskipun sama-sama digiling, tapi kopi sachet diyakini oleh para penikmat kopi sejati sebagai fake coffee alias bukan sebenar-benarnya kopi. Maka sebuah iklan kopi sachet harus memaksakan tambahan narasi, “ada kopi aslinya gaes!”.
Kenapa harus membahas kopi sachet alias kopi gunting?. Ini ada kaitan dengan sikon pandemi Covid19 yang tengah merajalela di tahun 2020 ini. Istilah social distancing, physical distancing, work from home, stay at home, bahkan sekolahpun harus daring alias dalam jaringan alias online alias Belajar Dari Rumah (BDR).
Kondisi ini ternyata berimbas pada tradisi kita dalam menikmati kopi. Sehingga muncul istilah kopi drive thru, kopi take away karena larangan membuka kedai kopi dan larangan berkerumun untuk menghindari penularan pandemi covid19.
Menurut saya akan semakin menarik jika kosakata dunia per-kopian ditambahkan istilah baru “kopi daring” dan “Kopi luring”. Mengapa?, ini cuma sekedar untuk membedakan mana kopi yang mainstream dan mana yang spesial pandemi.
Kopi luring alias di luar jaringan, dimaknai sebagai cara ngopi tradisional, tentu di kedai kopi atau kafe dan semacamnya. Sementara kopi daring alias online, kurang lebih ditujukan untuk kopi sachet.
Bagi saya yang berprofesi sebagai cekgu, mungkin tak begitu penting apakah harus kopi daring atau luring. Pasalnya sebagai perempuan saya sadar diri, bukan sebagai penguasa wilayah yang konon katanya adalah wilayah maskulin. Jadi buat saya proses belajar-mengajar lebih penting daripada sekedar membahas polemik itu.
Tapi ternyata, tanpa kopi, baik panas atau dingin, prosesi belajar-mengajar di sekolah dan di rumah, jadi terasa hambar dan tidak nendang!. Meskipun, kata orang kopi itu pahit, ternyata lebih pahit jika pasangan hidup direbut sesama penikmat kopi-parah abis!.