Natal 2022 yang mengambil tema "pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain", serta merta membuat aku rindu. Aku ingin pulang sebentar. Hanya dalam lamunan. Tidak sebenar-benarnya pulang. Di sana hanya rumah penuh kenangan indah pada  masa lalu. Kini aku juga bahagia, di rumahku dalam masa kini.
Aku merasakan begitu lekat lagi White Christmas yang berbunyi nyaring dari tape recorder yang ada di tengah ruang di rumah orangtuaku. Jarum jam dinding kuno itu sudah sudah menunjukkan angka 11 yang tertulis dengan angka romawi. Suasana di luar rumah sangat gelap. Itu menandakan jam 11 malam.Â
Aku sudah mengenakan baju warna hijau berlengan panjang putih, yang aku jahit sendiri selama seminggu. Hari ini tanggal 24 Desember 1973. Simbok sudah pula mencuci dan menyeterika rapi baju barukuÂ
Kakakku yang sudah berdandan rapi segera mematikan lagu. Bertiga kami  mama yang sebetulnya ibutiriku, kakakku dan aku beranjak jalan keluar rumah. Adik-adik yang kecil tetap tidur di rumah, dijaga oleh simbok yang setia. Ayah tidak sedang di rumah.
Bus milik Pabrik Gula (PG) berhenti tepat di depan rumah. Ada beberapa orang sudah di dalam bus. Segera kami bertiga menaiki bus tersebut. Perumahan PG memang selalu ada di desa yang jauh dari kota. Kami harus naik bus menuju ke kota. Malam itu, bus akan melaju mengantar semua penumpangnya mengikuti Misa Malam Natal di Gereja Katholik di jalan Kelotok di kota Kediri.Â
Dahulu, misa Malam Natal hanya diselenggarakan satu kali dalam satu malam tanggal 24 Desember. Bahkan pada saat-saat akhir  ada masanya harus mengambil tiket agar semua bisa memperoleh tempat secara teratur mengikuti misa Malam Natal.  Konon sekarang Misa Malam natal katanya diselenggarakan 2 atau 3 x dalam semalam. Sudah sangat lama aku sudah lama tidak pernah mengikuti Misa Malam Natal lagi.
Tahun 2022 ini, tema  "pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain" membuat betapa aku sangat rindu pada rasa yang hadir saat aku mendengar lagu White Christmas. Hanya rindu. Aku tak ingin pulang ke rumah, yang pada saat Malam Natal 49 tahun lalu ayahku sedang tidak di rumah. Rumahku  di sini, tempat aku tinggal bersama suamiku.Â
Sebetulnya itu bukan merupakan Misa Malam Natal terakhir yang aku hadiri. Â Setelah aku kuliah di Bandung, aku masih sering ke Misa Malam Natal dan misa lain yang deselenggarakan pada hari Minggu. Hingga suatu saat aku memutuskan untuk mualaf , memeluk agama Islam.
Aku sangat bahagia, aku merasakan ini bukan sekedar keberuntungan. Aku merasakan Allah  Maha Baik. Aku rasa setiap orang pasti pernah mengalami masa sedih. Dulu bila aku sedih, aku ke gereja. Sekarang bila aku sedih aku selalu meminta pertolongan Allah melalui  doa-doa yang aku mohonkan saat melakukan salat.  Aku sering merasakan Allah mengabulkan doaku, karena mungkin yang aku minta sesuatu yang baik. Tetapi kadang-kadang juga Allah  menunda permohonanku. Atau memang  tidak mengabulkannya, karena permitaanku buruk. Â
Saat aku melakukan tindakan mualaf, aku yakin tidak melakukan murtad. Saat aku rindu suasana Natal yang pernah hadir dalam hidupku, aku juga tidak merasa berdosa.