Adanya topik pilihan (topil) dengan label skincare pada Kompasiana, mengingatkan aku kepada seseorang yang aku panggil dengan Mak Poo.Â
Saat aku masih terbilang anak-anak yang sudah ditinggalkan ibu, jadilah pergi kemana-mana bersama bibi. Sering bibi, yang merupakan adik ayah, mengajak ke rumah Mak Poo.Â
Mak Poo mempunyai toko jamu. Sebenarnya bukan hanya mempunyai toko, tetapi juga memproduksi sendiri semua jamu-jamu yang dijual di tokonya.
Setiap datang, aku dan bibi tidak langsung masuk toko. Kami masuk melalui pintu garasi, Mak Poo langsung mempersilakan duduk di kursi-kursi yang disediakan dibawah rindangnya pohon jambu batu.
Entah apa saja yang menjadi bahan perbincangan bibi dan Mak Poo. Tetapi ada sesuatu yang membuat aku terkenang sekarang, setiap pulang membawa buah tangan bedak dingin dan jamu ndek-ndek cacing.Â
Kenangan yang lebih pekat kepada bedak dingin, gegara adanya topil dengan label skincare di Kompasiana.
Wah jadi bingung, mana sebaiknya yang aku bahas terlebih dahulu. Tentang Mak Poo, atau tentang bedak dingin?
Tentang Mak Poo ah. Selain sebagai salah satu orang yang aku sayang, juga lebih singkat. Dan bukan berarti aku menyepelekan topil Kompasiana.Â
Walaupun hubungan dengan Mak Poo selalu baik, tetapi aku tidak tahu ada hubungan persaudaraan bagaimana sehingga aku harus memanggil Mak Poo.Â
Setelah bertanya kepada teman yang mengerti arti kata Mak Poo, ternyata itu sebutan untuk saudara perempuan kakek dari pihak ayah. Pantaslah aku tidak mengenali, karena kakek sudah tiada saat aku dilahirkan.