Burung-burung pun perlu berbincang dengan kicau meriah. Setiap pagi, dipucuk pohon di sebelah jendela kamar Aditi. Entah apa saja yang menjadi topik kicau. Adakah tentang masalah sebelum hamil juga?
"Apakah burung juga hamil?" tanya Anggoro suaminya yang masih tidur-tiduran di tempat tidur.
"Oh iya, kan pertumbuhan janinnya di dalam telur yang sudah keluar di alam bebas," Aditi serasa baru diingatkan.Â
"Jadi pasti mereka bukan diskusi sebelum hamil, hehehe," sambung Aditi sambil menahan geli atas kebodohannya.
Tidak berbeda dengan Aditi dan Anggoro, yang juga enggan berdiskusi terlalu panjang masalah sebelum hamil. Mereka mengharap kehamilan adalah anugerah Allah yang akan diterima dengan rasa syukur.Â
Bagi Aditi, bertemu jodoh Anggoro saja sudah sangat disyukuri. Setiap malam menjelang tidurnya, sepenuh hati berdoa. Agar Allah menghadirkan jodoh yang baik.Â
Sehingga Aditi bisa  memberikan jawaban kepada keluarga dan banyak orang lain atas pertanyaan, --kapan kawin-- yang membuat dirinya sibuk memilih dan merangkai kata. Agar tetap merdu, meskipun hati menangis tersedu.
Dalam usia yang tak terbilang muda, Aditi menunggu datangnya jodoh sambil mengisi waktu dengan belajar dan bekerja. Hingga tiba saatnya, Â Allah menjawab doanya dengan kehadiran Anggoro.Â
Bibi Sinta memperkenalkan kepada Anggoro yang merupakan teman sekantornya. Bibi meminta Aditi datang ke kantornya, pura-pura mengambil barang titipan.Â
Malaikat Mikail pemberi rezeki kepada semua makhluk Allah, mendatangkan hujan sambil menghembuskan angin asmara yang membuat Aditi sempat diantar pulang oleh Angggoro. Dan selanjutnya semakin dan semakin dekat. hingga janur kuning melengkung di depan rumah Aditi.
"Burung kan makhluk ovipar yang mengerami telur di luar tubuh," kata Anggoro menjelaskan.