Hobi adalah kegemaran yang dilakukan dengan senang hati, sedangkan gagal adalah perasaan tidak berhasil. Pekerjaan yang dilakukan dengan senang hati, tentunya tanpa ada tuntutan. Kalau bisa ya kita lakukan, kalau tidak bisa tentunya tidak kita lakukan. Kalau hasilnya tidak bagus, wajar saja tidak kita lakukan. Kalau hasilnya bagus bisa saja dilakukan terus menerus. Itulah hobi.
Bila suatu hari ada kegemaran tidak dilakukan lagi, wajar juga karena zaman sudah berubah. Bisa karena bahan susah dicari, kawan yang tadinya sama-sama gemar sudah tidak berkawan lagi. Banyak juga alasan-alasan lain, atau sekedar mengalami kebosanan.
Eh tapi tunggu dulu, ada hobi yang berbahaya, berujung kecelakaan atau kematian. Contohya terjun payung, atau mungkin bersepeda sebuah hobi yang trendi pada masa pandemi covid-19. Mungkin itu yang bisa dikatakan gagal jalani hobi.Â
Sakit dan kematian pastilah merupakan keadaan yang sangat dihindari oleh hampir semua orang. Tapi ada juga sesuatu lain yang menyebabkan gagal jalani hobi.
Itulah FOMO!
Apakah itu?
FOMO singkatan dari Fear of Missing Out. Perilaku yang menimbulkan rasa takut berlebihan, ketinggalan mengikuti sesuatu yang terndi. Takut kudet, maksudnya takut kurang up date.
Diawali dengan timbulnya rasa takut tidak bisa sehebat orang lain, yang berkembang menjadi rasa iri yang berlebihan hingga tak memiliki rasa percaya diri (PD).
Rasa iri yang sudah ada sejak zaman dahulu, kian berkembang menjadi FOMO sejak adanya media sosial. Dulu rasa iri  sering terjadi pada orang yang tinggal di sebuah komplek, misalnya di komplek  sebuah pabrik atau perusahaan.Â
Seorang ibu mengembangkan hobi membuat es mambo, dan menjual kepada tetangga. Serta merta hampir semua tetangga ikut mempunyai hobi membuat es mambo, dan menjual ke tetangga juga.Â
Karena mereka merupakan orang tidak ada kekurangannya, maka dengan mudah hobi membuat es mambo berkembang. Akibatnya tak ada pembeli, karena semua bisa membuat es mambo sendiri.