Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisakah Kita Disiplin?

12 Juni 2020   21:58 Diperbarui: 12 Juni 2020   22:12 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Pixabay

Mempelajari, melatih, melakukan dan membiasakan berbuat yang baik, yang bermanfaat untuk diri sendiri, untuk orang lain dan untuk apa saja yang ada di sekitar kita. Terus dan terus. Jangan lelah dan jangan pernah merasa bosan. Itulah disiplin.

Semua harus disiplin. Baik yang memerintah dan yang diperintah untuk disiplin harus disiplin. Kalau ada yang memerintah dan ada yang diperintah, tentunya ada sesuatu yang menyangkut kepentingan orang banyak yang harus didisiplinkan. Yang memerintah membuat 'tata tertib'. Sebaliknya yang diperintah harus 'tertib pada tatanan'. 

Kalau tidak bisa melakukan, satu kali, dua kali, tiga kali mendapat teguran. Kalau tetap tidak bisa melalukan, terpaksa disebut bandel atau ndablek. Kalau masih terus bandel atau ndablek, dikatakan membangkang. Ada hukuman bagi pembangkang.  Ada ganjaran bagi yang tertib.

Belajar disiplin bisa di mana saja. Di sekolah menyimak apa kata guru. Di rumah mengulang apa yang dikatakan guru di sekolah tadi, dan mengerjakan PR. Harus di lakukan terus dan terus. "Setiap hari," kata bapak. "Hanya Sabtu dan Minggu boleh nonton TV," kata mama.  Nonton TV pun harus disiplin. Tidak boleh nonton yang tidak sesuai umur.

Biasanya kedisiplinan makin terasa berat kalau ada masalah yang sulit untuk diselesaikan. Selain sulit, juga bikin lelah dan bosan. Harus terus dipelajari, dilatih, dilakukan dan dibiasakan sampai masalahnya terselesaikan. Tidak boleh lelah dan bosan. Nanti semakin banyak yang tak terselesaikan. Jadi banyak utang, harus dibayar dengan disiplin juga. Nah ... yang penting kita harus disiplin.

Sebenarnya kalau mau mempelajari, melatih, melakukan dan membiasakan berbuat yang baik. Tidak akan ada istilah tidak bisa disiplin. Paling-paling memerlukan waktu lama untuk bisa. Tidak apa-apa, bukankan tidak ada yang mengharuskan terburu-buru. Justru kita selalu diajarkan untuk sabar. Alon-alon asal kelakon.  Kalau yang tetap tidak bisa, biasanya karena tidak mau. Namanya bandel atau ndablek.  Bandel bahasa Indonesia. Ndablek bahasa Jawa.

Sekarang di masa pandemi covid-19 masih terus merebak.   Dengan mengikuti tuntutan virus Corona penyebab pandemi, untuk menghindari penularan yang sangat cepat dan daya bunuh yang mengerikan. Kita harus mengikuti tata tertib yang dibuat oleh pemerintah. Tata tertib yang dibuat secara tertulis, dan dikenal sebagai protokol kesehatan yang laksanakan dengan penuh rasa disiplin.

  1. Gunakan masker di luar rumah
  2. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama 20 detik
  3. Jaga jarak minimal 1 meter
  4. Di rumah saja.
  5. Mengkonsumsi makanan yang menaikkan imun

Itulah yang menyebabkan Indonesia memilih melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ada beberapa kegiatan yang harus berhenti, ada beberapa kegiatan yang boleh tetap berjalan. Dengan menjalankan protokol secara disiplin, tampaknya daya penularan virus berkurang. Yang sembuh semakin bertambah banyak. Dan yang meninggal dunia, makin berkurang. 

Tetapi ... tetapi ada dampak keterpurukan ekonomi bagi pemilik kegiatan yang harus berhenti selama PSBB. Mulailah terasa ada keinginan melonggarkan PSBB, dengan membuka berbagai kegiatan. Ada yang yang menamakan masa new normal, ada yang menamakan masa adaptasi kebiasaan baru, ada yang menamakan masa PSBB transisi. Apapun namanya, sebenarnya keadaan yang belum normal dipaksakan untuk normal.

Kalau dulu semua diharapkan dirumah saja, seperti babon angrem begitu. Sekarang diajak melakukan kegiatan. Tentu saja ada perubahan protokol. Harus dimulai dari mempelajari, melatih, melakukan dan membiasakan lagi. 

Di rumah saja itulah yang dihilangkan. Ayo berdamai dengan Corona. Banyak kegiatan yang mulai dibuka. Diawali dengan pembukaan tempat ibadah. Tentu saja membahagiakan masyarakat sudah rindu solat Jumat berjamaah. 

Dengan masih tetap menggunakan masker. Dan cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, saat sebelum wudhu. Jaga jarak minimal 1 meter, menyebabkan kapasitas mesjid hanya 50%. 

Solat Jumat tidak sah jika dilkukan 2 shift. Berarti masih boleh solat di rumah. Terutama untuk yang berusia diatas 60 tahun. Demi menjaga kebersihan, karpet mesjid dilepas dan disimpan. 

Masing-masing membawa sajadah sendiri-sendiri. Selalu dilakukan penyemprotan disinfektan sebelum dan sesudah mesjid digunakan. Ciptakan suasana aman beraktivitas di mesjid.

Kegiatan usaha dan kantor-kantor dibuka seminggu setelah pembukaan tempat ibadah. Gunakan masker tetap diwajibkan. Bahkan banyak yang berusaha merasa lebih aman dengan menggunakan face shield. 

Jaga jarak 1 meter tetap menjadi penyebab kapasitas hanya bisa 50%. Rumah makan yang boleh dibuka adalah rumah makan yang tidak terletak di sebuah mall. Ciptakan suasana aman beraktivitas di tempat usaha dan rumah makan. 

Sesudahnya berturut-turut mall dan  tempat rekreasi mulai dibuka. Semua harus tetap mengikuti protokol. Tetap disiplin. Bukankah sudah mempelajari, melatih, melakukan dan membiasakan berbuat baik sejak dimulainya PSBB. Ciptakan suasana aman beraktivitas dengan mengikuti protokol. 

Berbuat baik?

Apakah masih ada yang berani berbuat tidak baik setelah Allah menurunkan Pandemi covid-19?

Sebenarnya kenapa ya, masih ada saja yang melakukan perselingkuhan. Padahal sudah ada protokol yang harus senantiasa dijalankan. Apa manfaatnya  berselingkuh dengan menggunakan masker, padahal tertangkap dalam keadaan pingsan dan hampir bugil? Apakah mungkin berselingkuh dengan jaga jarak minimal 1 meter? Berdua bermain pok ame ame juga melanggar protokol jaga jarak. 

Disiplin bukan hanya ketat menjalankan protokol, dimulai dengan mempelajari, melatih, melakukan dan membiasakan berbuat apa saja. Tapi khusus untuk berbuat baik. Apakah susah untuk mendefinisikan bahwa selingkuh bukan perbuatan yang baik?

Seakan tak pernah lelah untuk mencari-cari teman yang mau diajak selingkuh. Tak pernah bosan mencari tempat-tempat perselingkuhan. Seakan merasa hebat bisa disiplin, sudah mempelajari, melatih, melakukan dan membiasakan dalam perselingkuan. Buandel dan nduablek mereka yang bisa merasa aman beraktivitas dalam perselingkuhan.

Mari berbuat baik, berbuat yang bermanfaat untuk diri sendiri, untuk orang lain dan untuk apa saja yang ada di sekitar kita. Terus dan terus. Jangan lelah dan jangan pernah bosan. Kita harus bisa disiplin.

Bumi Matkita,
Bandung, 12/06/2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun