Seharusnya kamu ada di sini saat tangan Ayah digenggamnya. Bersama barisan kata yang meluncur dari bibir pria itu. Lancar sekali dia berucap janji untuk wanita yang paling beruntung mendapatkan cinta Gilang Daharis. Pria yang kamu cintai sejak pertemuan di toko buku itu. Kamu tentu masih ingat momen itu, 'kan? Meski klise, layaknya film atau sinetron, pertemuan kalian waktu itu menjadi titik balik perubahan sikapmu.
Sayangnya semesta tidaklah mendukung pertalian cinta kalian. Nyatanya kamu tidak ada di sini. Tidak menyaksikan Gilang berucap syukur ketika ijab kabul terlaksana dengan lancar. Sejak kemarin, kamu memilih mengurung diri di kamar. Menyembunyikan kabut bersalut perih. Rintihan tersamar mengoyak hati.
Nadia, adik bungsu sekaligus wanita beruntung itu, membuka pintu kamar memanggil lirih sebelum akhirnya menjerit kencang. Pengantin wanita itu meraung memelukmu dengan nadi tersayat. Dalam genggaman tanganmu yang lunglai, ada sebentuk cincin terukir namamu dan ... Gilang. (*)
Airmolek, 24 Oktober 2021
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H