Mendengar pertanyaanku, Ibu menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengumpulkan baju-baju kotor milikku.
Ibu menoleh ke arahku dan menatapku tajam. Mata itu seolah berbicara banyak hal, namun hanya  ada satu pesan yang disebutkannya.
"Tugasmu hanya mencari rumah kita dan menemukan koper kulit di sana."
"Koper? Koper kulit?" tanyaku sambil mengernyitkan kening.
Ibu mengangguk mantap. Keningku berkerut dan kebingungan melandaku. Apa kaitan antara koper kulit dengan mimpiku?
Ibu hanya mengutusku mencari rumahnya di Jenar setelah aku bercerita tentang mimpi-mimpi aneh yang kerap menggangguku. Cuma itu. Ibu bahkan tidak memberikan alasan mengapa aku harus menemukan rumah di Jenar.
"Kamu tahu kenapa kamu ke sini?" tanya Kakek itu mengejutkanku. Lamunanku pecah mendengar suara seraknya lagi.
"Ibu," jawabku singkat.
Kakek itu menggeleng sambil memasang kembali jaketnya.
"Bukan Sari," katanya, "tapi kamu!"
Tatapannya mendadak penuh selidik. Sorot mata tuanya menyudutkan aku. Aku terkesiap mendengar dia menyebut nama Ibu. Aku memiringkan badanku menghadapnya.