"Ayo! Kita duduk menunggu pagi, biar aman kamu sampai ke rumah."
Aku hanya menurut saja dan duduk di kursi tunggu setasiun Jenar. Sekitar satu jam lagi azan subuh berkumandang. Selepas salat subuh, aku harus melanjutkan perjalananku untuk sampai ke dusun Jenar Kidul, sekitar tengah hari aku baru sampai di sana. Hanya ada ojek untuk sampai di dusun yang kabarnya memiliki peninggalan kebudayaan.
"Bapak sepertinya paham daerah ini," tanyaku.
Kakek itu mengetatkan jaket lusuh yang dipakai sembari menghela napas beratnya.
"Nanti kamu juga akan tahu siapa saya," ucapnya ringan.
Aku hanya mengangguk pelan menahan kesalku. Kakek di sisiku ini banyak menyimpan misteri.
"Di dusun Kauman ada masjid peninggalan Sunan Kalijaga."
Aku mulai menyimak penjelasannya. Dan larut dalam ceritanya tentang Masjid Tiban. Sesekali aku bertanya tentang masjid peninggaan sejarah.
"Syeh Siti Jenar."
"Kamu masih ingat?"
Aku mengangguk. Kakek itu pun melanjutkan ceritanya. Dan aku kembali terikat dengan semua cerita sejarah darinya.