Aku masih tidak percaya kunci yang sedari tadi kucari, sekarang ada di tanganku. Mustahil kunci ini tiba-tiba muncul di dalam tasku, sementara aku yakin tak menemukannya dalam tas tadi. Lalu kata Galuh, dia melihat kunci ini terjatuh di dekat pagar saat aku hendak membayar ongkos ojek tadi. Atau Galuh sudah berbohong padaku?Sebenarnya bukan jatuh seperti yang dia bilang tadi.
Aku terduduk di pinggir petiduran dengan wajah memucat. Siapa sebenarnya Galuh?
Aku mengalihkan pandanganku ke luar setelah aku mendengar ada yang mengetuk pintu. Aku berjalan perlahan ke ruang tamu, menyalakan lampu dan menghampiri pintu. Dengan sekali putar, anak kunci berhasil membuat pintu terkuak. Kulebarkan pintu dan aku sempat terperanjat melihat siapa yang datang.
"Kamu!" seruku sambil melebarkan kedua mataku.
"Kamu belum tidur, Ra?" tanya Galuh.
"Kamu buat aku kaget! Sebenarnya apa maumu?"
Aku diam sambil menatap manik matanya yang hitam. Demikian juga Galuh bergeming dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Setelah berserobok dengan mata cokelat mikikku, ia terlihat gugup. Lalu pamit dan beranjak dari hadapanku tanpa bicara lagi.
Makin misterius dan mengulik rasa penasaranku untuk mengenal lebih dekat sepupunya itu.
Aku menutup pintu dan menguncinya. Mematikan seluruh lampu dan menuju kamarku. Ini adalah hari paling melelahkan sepanjang hidupku. Perjalanan dengan kereta, pertemuan dengan Kakek tua yang aneh menurutku. Belum lagi cerita Mulia tentang rumah ini. Dilengkapi dengan kehadiran Galuh yang tiba-tiba, sekaligus menemukan kunci rumahku.
Aku mengajak mata untuk menghimpun rasa kantuk serta membawaku ke alam mimpi. Mataku yang terpejam tidaklah berarti sempurna lelapku. Alam pikiran lain menguak kembali peristiwa di stasiun.
- #30dwcjilid14
- #squad6
- #day4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H