Mohon tunggu...
susi respati setyorini
susi respati setyorini Mohon Tunggu... Guru - penulis

Pengajar yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Akhir Mudik 2017 Bagian 1

1 Juli 2017   22:25 Diperbarui: 1 Juli 2017   22:52 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tersesat bersama GPS

Tulisan ini sebenarnya saya persiapkan untuk mengikuti blog competition. Tapi apa daya.  Jelang lebaran H-7, saya sekeluarga mudik ke Jawa Tengah. Ini kali kedua berkendaraan pribadi setelah 2012 silam.

2012, saya hanya mengandalkan rambu-rambu petunjuk jalan saja. Saya belum kenal gps atau google maps. Selamat sampai kota kelahiran.

2017 ini, biar lebih kekinian saya menggunakan google maps. Setahu saya google maps adalah layanan pemetaan berbasis web yang dikembangkan oleh google. Layanan ini memberikan citra satelit, peta jalan, panorama 360, kondisi lalu lintas, dan perencanaan rute untuk bepergian dengan berjalan kaki, mobil, sepeda (versi beta), atau angkutan umum. 

Dimulai dari rumah hingga Jambi masih lancar jaya. Dengan google maps kita bisa tahu berapa kilometer jarak yang akan ditempuh dari satu kota ke kota lainnya. Masalah muncul setelah berbuka puasa di kota Palembang. Saya mengubah rute seharusnya. Namun beberapa saat kemudian saya mengusulkan untuk berbalik arah sepanjang kurang lebih 17 km untuk menyesuaikan dengan rute awal dalam google maps. Tetapi, makin jauh dan makin jauh rute makin aneh. Mengapa saya sebut aneh karena rutenya menuju sebuah jalan separuh aspal dan selebihnya tanah basah sehabis diguyur hujan, gelap gulita (karena sampai di sana tengah malam sekitar pukul 01.00). Bisa dibayangkan betapa paniknya saya melihat jalan di depan sana dalam kondisi gelap tanpa penerangan. Kemungkinan binatang buas atau orang dengan niat jahat bisa saja terjadi dalam hitungan menit. Manalah saya tahu daerah itu aman atau rawan, karena google maps tak menyebutkan itu. Tak dapat dibendung lagi maka pecahlah tangisan saya di tengah hutan!

Akhirnya sopir segera balik arah puluhan kilometer kembali ke Palembang selanjutnya menuju Lampung tanpa google maps.

Google maps tidak melaporkan kondisi jalan. Apakah jalan beraspal atau jalan tanah. Dan yang lucunya lagi, kembali ke Riau saya masih mempercayai google maps dan kembali tersesat, Dan kali ini di Jambi. Masuk ke pekarangan kebun sawit. Seorang bapak yang menyapa saya mengatakan kalau saya salah belok. Setelah kembali mengubah rute dan tidak menurut google maps saya pun sampai ke jembatan yang dituju.

Google maps harus diserasikan dengan rambu-rambu jalan yang telah ada sehingga kita tidak tersesat. Informasi yang diberikan adalah rute tercepat, tanpa memandang jalan seperti apa yang akan ditempuh. Apalagi jika sesampainya di lokasi malam hari, perlu berfikir ulang untuk terus melanjutkan perjalanan. Ada perlunya juga mengetahui apakah suatu daerah itu rawan atau aman. 

Bagi yang belum mudik atau mempersiapkan arus balik, kekinian boleh tapi tetap berhati-hati. Dan satu lagi jangan malu bertanya akhirnya sesat betulan deh.

Salam mudik 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun