Mohon tunggu...
Rini Sriana
Rini Sriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswi universitas Syiah Kuala jurusan Pendidikan Ekonomi, saya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta ingin belajar hal baru, hobi saya adalah mengeksplor berbagai tempat dan juga hobi berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keseruan Live In di Desa Belung

4 Januari 2023   08:21 Diperbarui: 4 Januari 2023   08:23 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kesempatan Modul Nusantara kali ini saya dan teman- teman Pertukaran Mahasiswa kembali mengunjungi  Desa Belung, kedatangan ini untuk menginap dan merasakan bagaimana kegiatan serta kebiasaan masyarakat di desa tersebut. Kami berangkat menuju Desa Belung menggunakan Bus Mini milik UM  pada sore hari. Perjalanan kedesa tersebut kurang lebih sekitar 1 jam dan tiba disana setelah magrib, krdatangan kami disambut dengan ramah oleh warga disana. Kami juga dijamu dan diberikan makan malam dengan berbagai jenis menu makanan khas desa tersebut.

Setelah makan kami membicarakan rundown untuk kegiatan hari minggu. Kami diperkenankan bebas memilih kegiatan yang mana,tetapi jika 1 kegiatan yang kita pilih telah selesai, maka melanjutkan kegiatan teman yang lain. Kami menginap di 3 rumah. 1 rumah khusus untuk laki-laki di rumah Pak Badrul, dan 2 rumah lainnya yaitu rumah Bu Rini dan Pak Syamsul untuk perempuan. Perempuan dibagi menjadi 2 kelompok. Dari pagi kami mengikuti kegiatan dan kebiasaan sehari-hari masyarakat di desa tersebut, kami menyesuaikan kegiatan sesuai rundown, jadi ada beberapa orang yang membantu memasak untuk sarapan pagi dan malam, masakan yang dibuat adalah masakan yang biasa dibuat oleh penduduk disana tujuannya agar kami bisa mengenal kebiasaan masakan atau makanan yang dikonsumsi di Desa tersebut.

Makanan yang dimasak selama disana adalah sayur tewel, sayur tempe yang dicampur dengan ikan teri, ada bakwan jagung, ikan lele goreng, dan masih banyak lagi. Selain memasak, ada juga kegiatan lain yaitu mengajar di sekolah Baitut Taqwa Dusun Belung Buntaran, Desa Belung, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Sekolah disini gabungan dari TPQ-KB-TK-SD Islam dan berhubung saya jurusan Pendidikan Ekonomi yang masih ada kaitannya dengan mengajar Jadi saya memilih kut mengajar sekolah tersebut.

Sekolah disini lebih mengutamakan pengajaran dalam bidang mengajinya dan saya ditugaskan untuk membantu di tingkat paud. Saya salut sekali dengan metode belajar disana, para muridnya diajarkan cara cepat menghafal huruf dan mengulang kembali yang dihafalkan, para guru juga mengajar dengan tegas akan tetapi tetap lemah lembut membuat anak usia paud sangat tekun dalam mendengarkan pembelajaran. Setelah melakukan pembelajaran, semua murid yang ada didalam kelas akan diarahkan untuk duduk diteras dan makan bekal bersama. Setelah itu mereka semua diarahkan masuk ke aula untuk senam bersama, dan baris secara rapi dan tertib. Dan kegiatan sekolah pun selesai.

Setelah kegiatan sekolah selesai, saya pun menyusul teman-teman yang lain di peternakan sapi. Di tempat ini Kami diajarkan tentang tata cara perawatan sapi yang benar, cara memberikan makan sapi. Kemudian kami berpindah tempat ke pengolahan air. Desa Belung memproduksi dan melabeli air hasil olahannya sendiri. Air tersebut diolah menggunakan mesin, di filtrasi lalu siap dikontribusikan ke warga-warga sekitar.

Lalu kami berpindah ke PDAM, pusat penyaluran air yang disalurkan kepada warga-warga disana. Kami diperlihatkan bagaimana proses penyaluran tersebut dilakukan. Tidak berhenti disitu, kami diajak ke sumber mata air yang digunakan di PDAM lalu disalurkan ke penduduk tersebut. Kami berjalan di jalan setapak menuju sungai dari pegunungan langsung yang digunakan sebagai sumber mata air. Sangat jernih dan sangat segar air disana.

Kami juga singgah dirumah warga yang memproduksi tas. Sepasang suami istri tersebut ternyata mengalami disabilitas. Tetapi mereka mampu memproduksi ratusan tas, dan berhasil membanggakan nama Desa Belung. Kekompakan masyarakat Desa Belung dalam memajukan desa yang semula tertinggal jauh, kini dapat diperkuat melalui berbagai upaya dan tegas, tanpa mengenal putus asa. Mereka dapat memunculkan berbagai ide untuk bagaimana masyarakat desa tidak mengalami kesulitan, bagaimana masyarakat desa bisa merasa nyaman hidup seperti masyarakat di kota. Tekad dan kekompakannya tanpa memandang usia dan lulusan atau kekurangannya patut menjadi teladan bagi kita dan terapkan dalam kehidupan kita. Sukses tidak ada hubungannya dengan usia dan lulusan, tetapi dengan niat, kemauan untuk belajar, tekad dan komitmen yang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun