Mohon tunggu...
Rini Marina
Rini Marina Mohon Tunggu... -

Saya Rini Marina, seorang guru di SMP Negeri 2 Kalitidu daerah kabupaten Bojonegoro. Selain mengajar saya juga aktif pada kegiatan sosial. Khususnya membantu para Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Selanjutnya mengembangkan pengolah limbah dan dijadikan nutrisi tanaman. Sehingga dapat meringankan biaya petani dalam bertanam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasihat Terbalik

3 Januari 2018   09:41 Diperbarui: 3 Januari 2018   09:48 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hangatnya mentari pagi, iringi semilir angin. Seakan menjadikan terapi semangat tersendiri. Lalu lalang pemakai jalan desa Ngringinrejo nampak sibuk. Pejalan kaki yang tak lain para siswa SMP Negeri 2 Kalitidu, nampak akrab bercengkrama. Tak ketinggalan dengan diriku, yang nimbrung dalam percakapan mereka. Sebab setiap pagi aku juga jalan bareng mereka.

Sudah menjadi gaya hidupku, bila setiap hari berangkat ke sekolah naik kendaraan umum. Itupun tidak langsung di depan sekolah. Tapi hanya berhenti di pertigaan jalan raya saja. Sehingga mengharuskanku berjalan kaki, sekitar dua ratus lima puluh meter. Tanpa membedakan status, kami dapat saling bercerita. Meskipun itu hanya sebuah lelucon ringan.

Para siswa kelas VII lebih akrab dan agresif denganku. Mereka selalu bertanya apa saja. Tentang tempat tinggal, keluarga serta aktivitas yang kulakukan selain mengajar. Padahal aku belum pernah mengajar mereka. Sebab setiap tahun ke bagian kelas IX keseluruhan. Siswa kelas IX lebih banyak diam, bila mereka jalan bareng denganku.

Agar suasana jadi makin enjoy, aku mulai pancing mereka untuk mau bicara. Awalnya hanya menjawab sedikit dan singkat saja. Tapi lama kelamaan mereka juga asyik ngobrol. Hampir seluruh pertanyaanku mereka jawab dengan tuntas. Bahkan mereka bercerita di luar dari apa yang ku tanyakan.

Tak terasa sampailah kami di depan gerbang sekolah. Bersama dengan beberapa guru lainnya, kami sambut mereka dengan penuh kasih sayang. Tak jarang melibatkan pengurus OSIS, untuk mendampingi kegiatan salaman pagi.

Memberikan senyuman, mengucapkan salam, serta berjabat tangan. Sekilas memang terlihat sangat remeh temeh. Tapi pengaruhnya luar biasa. Saat tangan kita saling berjabat, tanpa kita sadari pastilah tiada kebencian di hati. Yang ada hanyalah saling memaafkan, mengasihi serta melindungi.

Energi kebaikan menambah aura positif dalam hidup ini. Setiap pagi antara siswa dan guru saling mendoakan. Memohon agar selalu diberikan keselamatan serta keberkahan. Penanaman karakter pada siswa tidak mudah terbentuk begitu saja. Tanpa adanya pembiasaan sedari dini. Dengan harapan terciptalah jiwa pemaaf dan rendah hati.

Pembelajaran yang tak kalah pentingnya adalah dapat melihat siswa secara langsung. Tergambar jelas beberapa diantara mereka, raut wajah dan tatapan matanya menyimpan misteri. Senyuman dan salam yang terlontar membuatku banyak bertanya.

Mengapa wajah mereka nampak dingin, kecewa, sedih dan tak bersemangat? Nama-nama siswa tersebut langsung tersimpan dalam memori. Setelah ada kesempatan satu per satu akan aku temui. Lantas aku ajak bicara dari hati ke hati. Alhamdulillah..., mereka mau berterus terang. Sehingga masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan dengan baik.

Tak lama berselang, suara bel nyaring terdengar. Derap jejak kaki para siswa menuju kelas masing-masing. Tak jauh berbeda dengan para guru mereka. Satu per satu bapak ibu guru, memasuki kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Para siswa bersiap dengan memulai menyanyikan lagu Indonesia Raya, membaca selama sepuluh menit dan berdo'a.

Tanpa ada perintah mereka telah menyadari, bahwa waktu pembiasaan pagi telah berakhir. Lantas mereka mengeluarkan beberapa buku dan alat tulis. Waktunya pembelajaran jam pertama dimulai. Aku ucapkan salam pada mereka dan mengabsennya. Tak ada siswa yang tidak masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun