Mohon tunggu...
Rini Marina
Rini Marina Mohon Tunggu... -

Saya Rini Marina, seorang guru di SMP Negeri 2 Kalitidu daerah kabupaten Bojonegoro. Selain mengajar saya juga aktif pada kegiatan sosial. Khususnya membantu para Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Selanjutnya mengembangkan pengolah limbah dan dijadikan nutrisi tanaman. Sehingga dapat meringankan biaya petani dalam bertanam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salju di Hati Siswa

3 Januari 2018   08:30 Diperbarui: 3 Januari 2018   08:33 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Awalnya kedua siswa siswi ini tersenyum saat mendengar ada cerita saya yang lucu. Lambat laun mereka tertunduk dan diam. Seorang siswi terlihat sedih dan akhirnya menitikan air matanya. Siswa satunya tetap diam sambil melihat ke atas menahan air matanya agar tak jatuh.

Memang saya sengaja tidak melontarkan pertanyaan. Hanya mengisahkan sebuah kenyataan hidup yang harus mereka jalani. Berbagai contoh perilaku jujur, sopan serta kemuliaan dari orang-orang yang selalu berbuat kebaikan. Saya ingin mereka terbuka dan bercerita, atas sindiran dari kisah yang saya buat.

Keduanya tiba-tiba saja diam dan menghela nafas panjang. Saya pun tidak tahu pasti, kenapa tanpa ada sebab mereka langsung meminta maaf. Apa karena saya selaku wali kelasnya ya. Setelah kami saling memaafkan, saya pun tak pernah memaksa mereka untuk bercerita. Hanya kata-kata motivasi serta nasehat yang sering saya berikan. Sebab hanya dengan penguatan hati mereka dapat melewati segala rintangan.

Setelah suasana hati mereka tenang, akhirnya mereka bercerita dengan gamblang. Awalnya seorang siswa ini, terbata-bata saat akan memulai bercerita. Banyak hal yang ia tutupi dan sulit untuk diungkapkan. Lantas, saya memberikan gambaran sehingga memudahkannya untuk melanjutkan ceritanya. Kisah yang ia sampaikan ternyata diluar dugaan saya.

Dia adalah seorang anak gadis yang masih berusia belasan tahun. Tanpa pernah saya ketahui ternyata hidupnya sangat susah sekali. Ia harus menanggung beban hidupnya, sebab dalam kesehariannya ia tinggal sendiri. Kakaknya kadang-kadangmenjenguk, tapi itupun tidak pasti. Bila tidak sibuk bisa seminggu sekali sambil memberi uang saku adiknya. Namun, kalau banyak pekerjaan bisa sampai tiga minggu. Bahkan pernah sebulan baru sempat menemui adiknya. Maklum saja karena pekerjaan yang membuatnya jadi terikat.

Saya tidak dapat berkata-kata saat dia mengatakan, bahwa dirinya adalah anak yatim piatu. Keterlambatannya bukan karena ia malas, tapi karena keterbatasan ekonomi serta kasih sayang. Begitu sulit medan yang ia lalui setiap harinya. Jarak rumah ke jalan raya saja sudah sangat jauh. Apabila kakaknya tidak ke rumah, maka ia tidak berangkat sekolah.

Sebab untuk bisa ke jalan raya ia harus berjalan kaki terlebih dahulu. Tapi tidak langsung sampai jalan raya. Ada sungai Bengawan Solo yang harus dilaluinya. Setelah itu ia naik perahu dan harus membayar ongkos penyebrangan.  Sesampainya di tambangan ia baru menyeberang jalan dan menunggu kendaraan umum bersama teman lainnya.

Di hari Selasa sampai Sabtu ia bisa masuk, karena ada tetangganya yang kebetulan kerja dan harus melintasi sungai tersebut. Ia dibonceng sampai ke tempat penyebrangan. Pulangnya berusaha mencari tumpangan gratis untuk dapat ke rumah.  

Berkali-kali saya menghela napas panjang, sambil mengusap kepalanya. Betapa berat hidup yang harus ia lalui. Hati ini sangat terpanggil untuk selalu membantunya. Meski hanya sekedar memberi uang saku dan perhatian. Hampir setiap hari saya selalu menyempatkan untuk menemuinya. Walaupun hanya sekedar basa basi saja.

Sejak memberikan perhatian lebih padanya, ia sekarang lebih aktif dan riang. Seakan beban yang ia rasakan mulai berkurang. Meski saya hanyalah wali kelasnya. Tak jarang saya memberinya pakaian. Ada jaket, rok jeans dan kaos-kaos. Wajahnya berseri, matanya juga berbinar tiap saya memanggil dan membawakan sekantong plastik pakaian.

 Acapkali saat saya menyampaikan materi, ia sering terlihat sedih dan melamun. Lalu saya memintanya untuk melakukan sesuatu atau menjawab pertanyaan mudah. Tujuan saya hanya untuk mengalihkan pandangan matanya yang kosong. Alhamdulillah... ia merespon pertanyaan yang saya berikan. Sebentar-sebentar ia harus sering diajak komunikasi. Jika tidak ada saja yang dilakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun