"Yogaaaaa......!!" Kudengar kembali teriakan bapakku dari dalam kamarnya. Sore ini baru saja aku ingin menyeruput kopi buatan istriku, tapi bapakku sudah memanggil manggil lagi.
"Nggih pak", jawabku.
"Apa pak?"
"Ini punggung bapak kok gatel banget tolong garukin, ada semutnya mungkin kasurnya!" Seru bapakku sambil sedikit emosi dan menggerutu.
Mungkin ini sudah ketiga kalinya bapak memanggil semenjak aku pulang kerja tadi. Ada saja yang dikeluhkannya, kaki kesemutan, badannya pegal pegal, ataupun seperti sekarang ini anggota tubuhnya gatal. Namun aku dan istriku selalu sabar merawatnya, yah walaupun sering kudengar gerutuan ayahku, yang kurang inilah kurang itulah, seolah menguji kesabaran kami berdua.Â
Semenjak ibuku meninggal 3 tahun lalu, dan kemudian ayahku mengalami stroke setahun terakhir ini dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, akhirnya aku dan istriku memutuskan merawat beliau di rumah kami. Jarak rumahku dan orang tuaku tidak begitu jauh, namun kami berfikir jika beliau tinggal bersama kami, kami bisa merawatnya lebih maksimal.Â
Aku dan istriku bekerja di salah satu pabrik pabrik garmen di daerahku, namun semenjak ayahku stroke aku meminta istriku keluar kerja agar lebih fokus merawat ayahku, sembari membuka warung kecil kecilan, lumayan bisa buat tambah tambahan pemasukan. Untungnya istriku type wanita yang sholeha dan penurut, dia dengan ikhlas dan tanpa mengeluh merawat ayahku dengan baik.
"Bapak pengen makan opor ayam Ga!" Kata bapak lagi.
"Ayam bakar aja ya pak, bapak kan ga boleh makan santan santan, ga baik buat darah tinggi bapak", kataku lagi.
"Kamu tuh apa apa ga boleh, coba kalo masmu Yogi pasti langsung dibeliin!"Â Kata bapak menggerutu.
Lagi lagi bapak membanding bandingkan aku sama mas Yogi, padahal niatku baik, demi menjaga kesehatan beliau, tapi yang aku lakukan selalu salah di mata beliau.Â