Salah satu hak asasi manusia adalah memiliki hak untuk memeluk agama menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Menjadi seorang mualaf juga merupakan hak yang dimiliki oleh semua orang. Mualaf sendiri merupakan sebutan untuk orang non muslim yang pindah atau baru memeluk agama islam.
Di masa kini, semakin banyak orang yang tertarik untuk memeluk agama islam atau menjadi seorang mualaf. Kebanyakan orang memilih untuk memeluk agama islam dikarenakan sebuah pernikahan, atau dengan kata lain orang tersebut akan menikah dengan seseorang yang beragama islam. Hal tersebut dikarenakan agama islam menentang pernikahan beda agama. Akan tetapi hal yang melatarbelakangi seseorang untuk pada akhirnya memeluk agama islam bukan hanya karena pernikahan saja. Banyak alasan lain seperti tertarik dengan ajaran islam, hingga mendapatkan hidayah melalui mimpi, dan lainnya.
Untuk menjalani proses mualaf sendiri tidak ada waktu khusus. Semua orang diperbolehkan masuk islam di hari apapun dan di waktu kapanpun. Jadi semua orang bisa menjadi mualaf kapan saja.
Jumat (13/1) KKM UIN Malang kelompok 82 menjadi saksi proses Mualaf. Proses Mualaf ini diadakan oleh MWC NU Lawang. Untuk pembacaan syahadat dituntun oleh KH. Farid Makruf selaku ketua MWC NU Lawang dan proses tersebut dilakukan ba'da isya di kediaman KH. Farid Makruf. Mualaf kali ini bernama asli Intan, yang sejak malam ini ia mendapatkan nama islam "Khoirunnisa" yang memiliki arti sebaik-baik wanita.
Proses mualaf sendiri merupakan momen yang langka di Kelurahan Lawang. Sejauh ini, tercatat baru 3 kali terjadi, dan mualaf kali ini adalah yang ke-4 kalinya. Intan merupakan mualaf termuda di Kelurahan Lawang. 3 orang yang menjalani proses mualaf sebelumnya adalah orang yang sudah berusia lanjut. Hal ini membuat mualaf ke-4 ini (Intan) menjadi sorotan.
Perjalanan yang dilalui Intan untuk menjadi seorang mualaf tidaklah singkat dan mudah. Ia melalui proses yang sangat panjang dan penuh perjuangan. Keinginan Intan untuk menjadi seorang mualaf dimulai sejak ia kecil. Akan tetapi hal itu tidak dianggap serius. Dan ia baru memantapkan hatinya untuk menjadi seorang mualaf saat ia sudah mulai bekerja.
Sejak kecil, Intan sudah berada di lingkungan agama islam, mulai dari lingkungan sekolah, hingga lingkungan rumah. Nenek atau yang biasa disapa Yang Ti oleh Intan ini juga merupakan seorang muslim. Semasa Intan kecil, saat ia sedang libur sekolah dan berlibur ke rumah neneknya, ia sering sekali dipakaikan jilbab oleh neneknya tersebut. Intan kecil juga sering dibawa ke sekolah tempat neneknya mengajar, yang dimana sekolah tersebut merupakan sekolah berbasis islam.
Keputusan Intan untuk masuk islam tentu saja ditentang oleh orang tuanya yang beragama non islam  tersebut. Intan memutuskan untuk memberitahukan orang tuanya sejak tahun lalu, yakni tahun 2021. Akan tetapi sikap orang tuanya tidak terima, mereka marah, kasar, dan bahkan tidak bertergur sapa dengan Intan. Hingga pada akhirnya Intan memtusukan untuk kabur dari rumah.
Intan yang kabur ini membuat geger seluruh keluarganya. Kemudian papa Intan menelpon om Intan yang merupakan kembaran papanya dan merupakan seorang muslim. Papa Intan menelpon Om Intan ini untuk mengabari bahwa Intan kabur dari rumah dan meminta bantuan untuk mencari tahu kabar putrinya tersebut. Tak lama kemudian omnya mnghubungi Intan, akan tetapi Intan sempat marah karena merasa omnya ikut campur. Kemudian omnya menjelaskan bahwa ia ingin membantu menengahi dan membantu menyelesaikan masalah Intan. Beberapa hari kemudian Intan memutuskan untuk mengunjungi rumah omnya tersebut dan menceritakan akar permasalahannya yang ingin menjadi mualaf tersebut.
Tante Intan kemudian mengajak Intan menghadiri pengajian yang dipimpin oleh Ustadzah Aminah. Pengajian tersebut bertempat di Dorowati, Lawang. Intan berkonsultasi kepada Ustadzah Aminah terkait niatnya untuk memeluk agama islam. Ustadzah Aminah memberi wejangan kepada Intan, apabila Intan masih ragu untuk memeluk agama islam, Intan bisa berdoa menggunakan bahasa yang sederhana agar mendapat petunjuk dari Allah SWT. Tak lama kemudian, Intan bermimpi mengucapkan syahadat, akan tetapi ia masih belum yakin. Selang beberapa hari, Intan bermimpi lagi, ia bermimpi sedang berada di tengah-tengah orang yang sedang mengaji, lagi-lagi Intan masih belum yakin. Hingga pada akhirnya Intan bertekad dalam hati jika ia bermimpi tentang islam sekali lagi, ia mantap untuk masuk islam. Dan yaa, untuk yang ketiga kalinya Intan bermimpi, ia bermimpi berdisi di depan sebuah masjid dan kemudian ada seseorang yang mengajaknya untuk sholat. Setelah mimpi yang ketiga tersebut, Intan segera menghubungi om dan tantenya untuk meminta bantuan mengarahkan Intan menjalani proses mualaf. Dan pada hari ini, Intan diantar oleh keluarga om dan tantenya untuk menjalani proses mualaf tersebut.