Mohon tunggu...
Rini Annisyah Br Ginting
Rini Annisyah Br Ginting Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Kimia

Mahasiswa Pendidikan Kimia 18 UIN WALISONGO SEMARANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gerakan Pemberian ASI Eksklusif yang Dilanjutkan hingga Anak Berusia 2 Tahun

22 November 2021   22:18 Diperbarui: 22 November 2021   22:33 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Berdasarkan jurnal yang ditulis Any setyarini yang berjudul “ Pengaruh pemberian ASI eksklusif dan non ekslusif terhadap mental emosional anak usia 3-4 tahun” mengatakan bahwa Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa angka kriminalitas yang dilakukan anak usia sekolah (SD hingga SMA) cenderung meningkat setiap tahunnya. Tindakan kriminal yang dilakukan meliputi pencurian, tawuran, dan pelecehan seksual. Terdapat keterkaitan antara lamanya pemberian ASI eksklusif dengan kejadian gangguan mental emosional. Penelitian Kramer, Fombonne, et al menunjukkan bahwa remaja yang disusui sedikitnya selama 4 bulan memiliki risiko yang rendah untuk mengkonsumsi narkoba dan mengalami gangguan mental emosional. Sebuah observasi yang dilakukan oleh Niles Newton pada tahun 2008 menunjukkan bahwa anak yang memperoleh ASI secara eksklusif selama 6 bulan mempunyai sikap lebih ramah, pandai bersosialisasi dan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi susu formula sejak lahir.

Menurut Yusuf (2008) pemberian ASI juga bermanfaat bagi ibu karena berdasarkan penelitaian pada tahun 2000 di enam negara berkembang dengan melibatkan 147 orang ibu menunjukkan bahwa minimal 20% ibu menyusui akan terhindar dari kanker payudara. Semakin lama ibu tersebut menyususi maka semakin sedikit resiko terserang kanker payudara. selain itu menurut Yuliarti (2010) pemberian ASI juga dapat menurunkan lemak pada ibu karena karena isapan anak pada puting susu ibu merangsang keluarnya hormon dari kelenjar pituitari (pituitary gland) atau hormon oksitosin. Hormon ini berperan dalam pembuncitan dan pengembalian rahim ke kondidinya semula seperti sebelum hamil. Faktor yang membuat perubahan pada badan dan payudara adalah kehamilan bukan menyusui.

Namun kenyataannya dalam beberapa kasus pemberian ASI belum terjadi secara optimal hal ini disebabkan karena faktor ketidaktahuan ibu tentang manfat ASI pada bayi serta faktor pekerjaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh edelwina, dkk, yang berjudul “Pengetahuan Ibu Mengenai Manfaat Asi Pada Bayi” mengatakan bahwa pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Pengetahuan paradigma itu dipicu oleh tingginya tingkat kebutuhan hidup dan meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri. Pendidikan dan kebebasan informasi membuat para wanita masa kini lebih berani memasuki wilayah pekerjaan lain yang dapat memberdayakan kemampuan dirinya secara maksimal sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi pengetahuan.

Penelitian Elinofia (2011), menyatakan ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Kelompok ibu yang bekerja mengalami dilema dalam memberikan ASI meskipun mereka tahu manfaat dan keunggulan ASI namun sulit untuk mempraktekkannya. Alokasi waktu kerja sehari-hari yang banyak berada di luar rumah dan di tempat bekerja tidak mendukung program pemberian ASI. Pada prinsipnya pemberian ASI dapat diberikan secara langsung dan tidak langsung. Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan untuk bekerja membantu ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu memilih bekerja di luar rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya, akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan diberikan melalui botol, menyebabkan frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi ASI akan menurun. Keadaan ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Sehingga, seorang ibu yang bekerja yang menyusui bayinya secara eksklusif menurun drastis

Dari pemaparan di atas dipahami bahwa anjuran menyusui bayi bukan hanya sekedar anjuran belaka namun memiliki manfaat yang luar biasa pada bayi dan ibunya. Dalam islam seorang ibu wajib menyusui anaknya hingga usia anaknya mencapai 2 tahun jika seorang ibu tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya maka ia harus mencari Ibu susu bagi anaknya. Hal ini karena secara ilmiah ASI memiliki segudang manfaat bagi bayi salah satunya untuk memberikan nutrisi yang lengkap dan terpenuhi pada bayi sehingga bayi tidak akan kekurangan nutrisi yang dapat berakibat pada kecacatan bahkan kematian bayi karena banyak sekali kandungan yang terdapat dalam ASI yang mampu memenuhi semua nutrisi bayi hingga dapat membentuk mental emosional dari bayi yang tidak terdapat dalam susu formula. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun