Mohon tunggu...
Rini Aggisni
Rini Aggisni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selalu ada cahaya dalam sebuah kegelapan🌻

Selanjutnya

Tutup

Money

Merosotnya Ekonomi di Masa Pandemi

20 Maret 2021   09:57 Diperbarui: 20 Maret 2021   09:59 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sejak akhir tahun 2019 pandemi covid-19 mulai muncul di Kota Wuhan, Tiongkok. Pada saat itu banyak korban positif covid-19 yang sampai menyebabkan kematian. Awal tahun 2020, pandemi covid-19 muncul di Indonesia, yang pertama menyerang seorang Ibu dan orang dewasa. Sampai saat ini pandemi covid-19 di Indonesia masih menduduki tingkat tinggi, dengan kasus peningkatan yang tinggi setiap harinya mencapai 1000 orang yang terpapar covid-19. Hingga saat ini data yang terhitung positif mencapai kurang lebih 1.400jt dengan kematian 39.000 jiwa. Virus covid-19 ini sangat rawan menyerang kepada orang lanjut usia dan anak kecil, akan tetapi virus ini akan lebih mudah menyerah orang yang tidak taat pada peraturan pemerintah atau yang biasa disebut protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.

Salah satu dampak dari pandemi covid-19 ini yaitu merosotnya ekonomi masyarakat. Mengapa di masa pandemi ini ekonomi masyarakat merosot? Banyak pekerja yang di PHK (pemutus hubungan kerja) karena pihak industri menghawatirkan tidak bisa menggaji para karyawannya sehingga banyak yang menjadi pengangguran di karenakan susahnya melamar kerja kesana kesini.
Selain para pekerja yang di PHK (pemutus hubungan kerja), para pedagang juga mengalami kemerosotan ekonomi, baik pedagang sembako, pakaian, alat rumah tangga dan sebagainya. Sebagian pedagang menyatakan bahwa harga produksi semakin meningkat sedangkan konsumen mengurang karena di perintakannya untuk sosial distancing. Oleh karena itu mereka kewalahan dalam penghasilan di masa pandemi.

Para orang tua yang memiliki anak sekolah juga mengeluh karena harus membeli kuota untuk belajar online atau daring sedangkan pemahaman materi kepada anak kurang, jajan anak meningkat dikarenakan lebih banyak bermain dari pada belajar, belum lagi harus membeli HP untuk belajar online anaknya (bagi orang tua yang tidak mempunyai HP). Tentu saja para orang tua mengeluh, penghasilan di masa pandemi menurun sedangkan pengeluaran semakin meningkat.

Ketika keadaan ekonomi masyarakat menurun, beberapa keluarga mengalami kekurangan biaya pangan sehingga banyak anak sekolah yang ikut turun untuk mencari nafkah membantu kebutuhan keluarganya. Banyak anak sekolah yang bekerja sebagai pedagang, bahkan juga mereka rela menjadi badut jalanan baik badut yang diam di lampu lalu lintas ataupun badut yang keliling pedesaan.

Covid-19 memang sangat merugikan banyak orang. Akan tetapi pemerintah berusaha untuk menstabilkan perekonomian masyarakat dengan berbagai bantuan sosial. Dimana didalamnya mencakup pemberian uang, kebutuhan pokok, subsidi internet bagi guru dan juga pelajar. Sehingga para masyarakat tidak terlalu berat dalam memikirkan kebutuhan sehari-hari.

Kita sebagai manusia dan warga negara Indonesia berharap agar Covid-19 ini cepat hilang dan dunia segera membaik. Semua kembali normal dan tidak ada yang merasakan kerugian dalam hal bisnis ataupun non-bisnis. Karena sudah hampir satu tahun wabah ini menyerang hingga mendunia. Kita hanya bisa berdo'a dan berharap agar semua sehat selalu dan baik-baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun